JAKARTA – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menggelar Muktamar pada Agustus atau September 2025. Muktamar ini akan menentukan arah kepemimpinan partai berlambang Ka’bah ini.
Menjelang forum tertinggi tersebut, sejumlah nama tokoh ternama dari dalam dan luar partai mulai mencuat sebagai kandidat kuat calon Ketua Umum PPP periode 2025–2030. Siapa saja mereka, dan bagaimana peluang mereka membawa PPP bangkit di Pemilu 2029? Simak ulasan berikut.
Bursa Calon Ketua Umum PPP: Internal vs Eksternal
Muktamar PPP 2025 menjadi sorotan karena dinamika perebutan kursi ketua umum yang kian memanas. Nama-nama dari kalangan internal partai hingga tokoh eksternal yang punya pengaruh besar di kancah nasional ramai diperbincangkan.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP, M. Romahurmuziy alias Rommy, sebelumnya mengungkapkan sejumlah kandidat potensial, seperti mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, hingga eks Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.
Namun, dinamika internal partai tak kalah sengit. Sejumlah kader PPP, terutama dari Indonesia Timur, menegaskan bahwa calon ketua umum harus berasal dari internal partai, sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
“Mukernas menyepakati bahwa syarat calon Ketua Umum PPP harus pernah menjadi pengurus harian DPP sekurang-kurangnya satu periode penuh atau pernah menjabat sebagai ketua DPW PPP Provinsi selama satu periode,” ujar Lonek, seorang kader PPP.
Nama-Nama Besar yang Mencuri Perhatian
Selain nama-nama yang diungkap Rommy, beberapa tokoh lain juga masuk radar. Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut sebagai kandidat eksternal yang punya daya tarik besar.
Wakil Ketua DPW PPP DKI Jakarta, Belly Bilalusalam menyebut Anies dan Amran Sulaiman sering menjadi perbincangan positif di kalangan kader.
“Nama caketum PPP dari eksternal yang sering menjadi perbincangan positif oleh kader PPP Jakarta adalah Amran Sulaiman dan Anies Baswedan,” ungkap Belly.
Sementara itu, nama Jokowi mencuat karena kedekatan PPP dengan pemerintahannya selama dua periode. Ketua Mahkamah PPP, Ade Irfan Pulungan, mengatakan,
“Muncul beberapa nama yang sudah beredar, dan juga muncul karena teman-teman PPP itu 10 tahun Pemerintahan Pak Jokowi, banyak lakukan komunikasi, berdialog, diskusi, ya muncul lah nama beliau (Jokowi).”
Meski begitu, pengamat politik M. Jamiluddin Ritonga menilai peluang Jokowi kecil karena ia bukan kader PPP dan belum memenuhi syarat AD/ART partai.
Dari internal partai, nama-nama seperti Plt Ketua Umum Muhammad Mardiono, mantan Ketua Umum Suharso Monoarfa, Sandiaga Uno, hingga Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) juga santer disebut.
Sandiaga Uno bahkan menjadi favorit dalam polling terbuka yang digelar Rommy di akun Instagramnya pada Desember 2024.
“Di arena Musyawarah Kerja Nasional PPP pekan lalu (13–15 Desember 2024), sementara ini bergema 4 putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi Ketua Umum PPP masa bakti 2025–2030,” tulis Rommy.
Tantangan dan Harapan PPP di Pemilu 2029
PPP tengah berada di persimpangan krusial pasca-gagal lolos ke Senayan pada Pemilu 2024. Muktamar 2025 diharapkan menjadi momentum kebangkitan partai untuk merebut kembali kejayaan di Pemilu 2029. Namun, usulan calon ketua umum dari eksternal menuai pro dan kontra.
Sebagian kader, seperti Ketua DPC PPP Kabupaten Alor, Abdul Madjid Nampira, menegaskan pentingnya memilih pemimpin dari kader internal untuk menjaga marwah dan ideologi partai.
“Saya berharap agar kader PPP khususnya Indonesia Timur tidak terprovokasi dengan mainannya oknum elit DPP dengan berbagai agenda pribadinya,” tegas Madjid.
Di sisi lain, Rommy berpendapat bahwa PPP membutuhkan “extra ordinary leader” dari luar partai untuk menciptakan kejutan positif dan mengembalikan kepercayaan publik.
“Saya berusaha sebisa mungkin agar partai ini kembali ke Senayan. Effort untuk ke situ maha berat,” ujarnya.
Dengan waktu yang kian dekat, persaingan untuk menjadi nahkoda PPP semakin sengit. Nama-nama seperti Anies Baswedan, Amran Sulaiman, dan Sandiaga Uno memiliki daya tarik elektoral yang kuat, tetapi resistensi terhadap kandidat eksternal dari sebagian kader bisa menjadi hambatan.
Sementara itu, kandidat internal seperti Mardiono dan Suharso Monoarfa dinilai punya pengalaman organisasi yang mumpuni untuk memimpin konsolidasi partai.