MAKKAH — Momentum puncak haji tahun ini yang berlangsung di Arafah, Muzdalifah (Armuzna), dan Mina telah mendekati akhir. Para petugas haji 2025 diaparesiasi oleh para jemaah.
Di tengah tantangan perjalanan dan cuaca ekstrem, para jemaah haji justru mengungkapkan rasa puas dan syukur atas kelancaran ibadah serta pelayanan yang diberikan.
Pelayanan selama prosesi Armuzna dianggap sangat memadai dan penuh perhatian, membantu jemaah menjalankan ibadah dengan nyaman dan khusyuk.
Salah satu apresiasi datang dari Nurun Jalis, jemaah asal kloter SOC65 (Embarkasi Solo).
Ia mengaku perjalanan spiritualnya berlangsung lancar dan penuh kemudahan.
“Pengalaman saya selama perjalanan haji, alhamdulillah diberikan kelancaran,” katanya.
Nurun menilai, pelayanan yang diberikan di tanah suci sangat mendukung kelancaran ibadah.
Berbagai kekhawatiran yang sempat terlintas sebelum berangkat ternyata tidak terbukti.
Ia menyampaikan, “Sebelum ke tanah suci, saya mempersiapkan segala sesuatu untuk antisipasi apabila ada persoalan. Namun Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, tidak seperti yang saya takutkan.”
Layanan Petugas Sangat Dirasakan Jemaah
Bagi Nurun, kunci kenyamanan adalah kepatuhan jemaah terhadap arahan ketua kloter dan petugas kesehatan.
Ia dapat melaksanakan wukuf di Arafah dengan penuh kekhusyukan. Meskipun terdapat sedikit antrian di beberapa titik, hal itu tidak mengganggu ibadah.
“Soal ada hal-hal kecil termasuk yang antri, itu memang ada. Tapi tidak sampai mengganggu kekhusyukan ibadah,” ujarnya.
Ia tak lupa menyampaikan apresiasi atas kerja keras petugas.
“Petugas sangat membantu jemaah. Semoga apa yang sudah dilakukan mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah Swt,” katanya.
Semangat Menjalani Setiap Tahapan Ibadah
Cerita senada disampaikan oleh Tohari, jemaah dari Lumajang, Jawa Timur.
Ia merasa seluruh tahapan Armuzna, termasuk perjalanan dari Muzdalifah ke Mina, terasa menyenangkan meski harus ditempuh dengan berjalan kaki.
“Ada petugas yang selalu mendampingi dan memberikan pelayanan terbaik kepada kami,” katanya.
Penantian Panjang yang Terbayar Lunas
Kebahagiaan serupa dirasakan pasangan jemaah asal Pasuruan, Siti Otiyah dan Eko Trapsilo.
Setelah menanti selama 13 tahun, keduanya akhirnya bisa menunaikan rukun Islam kelima.
Walau harus berjalan sejauh 3 kilometer dari tenda di Mina menuju Jamarat untuk melontar jumrah, keduanya tetap antusias.
“Walaupun menempuh perjalanan 3 km dari tenda Mina ke jamarat, tapi kami tetap semangat, bahagia,” ujar mereka.
Mereka mengaku sangat terbantu dengan fasilitas konsumsi, hotel, dan transportasi yang tersedia.
Pelayanan yang menyeluruh dari petugas menjadi penunjang utama ibadah mereka yang kini tuntas dijalankan.***