BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Kang Demul) mengancam hukuman pidana atau barak militer bagi oknum bobotoh yang merusak fasilitas Stadion GBLA usai Persib Bandung meraih gelar juara Liga 1 2024/2025. Aksi vandalisme ini bakal menyeret pelaku dengan proses hukum pidana atau penggemblengan di barak militer.
Aksi perusakan terjadi usai laga pamungkas Persib melawan Persis Solo pada Sabtu, 24 Mei 2025. Dalam video yang viral di media sosial, sejumlah bobotoh tampak mencabuti rumput lapangan dan memotong jaring gawang GBLA. Tidak hanya itu, beberapa oknum bahkan berusaha menerobos pagar pembatas stadion dengan mendorong dan menggoyangkannya, menciptakan situasi kacau di tengah perayaan gelar juara.
Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan julukan “Bapak Aing” di kalangan warga Jawa Barat, tidak tinggal diam. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71, ia membagikan video aksi perusakan tersebut dan menegaskan bahwa pelaku harus bertanggung jawab.
“Proses pidana atau barak militer adalah solusi untuk anda sekalian. Hatur nuhun,” tulis Dedi, seperti dikutip pada Senin, 26 Mei 2025.
Unggahan tersebut langsung menyita perhatian publik, mengumpulkan lebih dari 117 ribu likes dan 20 ribu komentar dalam waktu singkat. Banyak warganet menyayangkan tindakan oknum bobotoh yang dinilai mencoreng nama baik suporter Persib, sementara sebagian lain mendukung langkah tegas Dedi untuk menegakkan disiplin.
Hukuman Menanti Pelaku
Menurut hukum yang berlaku, tindakan merusak fasilitas umum seperti stadion dapat dijerat dengan Pasal 406 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal ini mengatur bahwa barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum merusak barang milik orang lain dapat dipidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan atau denda hingga Rp4,5 juta, sesuai Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012.
Namun, Dedi juga menyebut opsi “barak militer” sebagai bentuk pembinaan karakter. Langkah ini bukanlah hal baru baginya. Pada April 2025, ia pernah mengusulkan program serupa untuk siswa bermasalah di Jawa Barat, dengan fokus pada pendidikan karakter selama enam bulan. Pendekatan ini dianggap sebagai cara untuk memberikan efek jera sekaligus membentuk kedisiplinan.
Euforia yang Berujung Petaka
Perayaan gelar juara Persib memang memicu gelombang antusiasme luar biasa di Bandung. Ribuan bobotoh memadati jalanan untuk mengikuti konvoi kemenangan pada Minggu, 25 Mei 2025. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyebut pawai berlangsung tertib dan aman berkat koordinasi apik antara pemerintah daerah dan kepolisian.
“Alhamdulillah secara keseluruhan berjalan lancar. Jajaran perangkat daerah dan kewilayahan bersinergi cepat dengan pihak kepolisian untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketertiban umum,” ujarnya.
Namun, aksi anarkistis oknum bobotoh di GBLA mencoreng kesuksesan tersebut. Beberapa pelaku dalam video bahkan berteriak dalam bahasa Sunda, mengaku ingin “menanam kembali rumput juara” yang mereka cabuti. Tindakan ini menuai kecaman karena merusak aset publik yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Langkah Penegakan Hukum
Dedi Mulyadi mendesak aparat kepolisian untuk segera menyelidiki kasus ini. Ia menegaskan bahwa pelaku harus diusut hingga tuntas untuk memberikan efek jera. Polda Jawa Barat sendiri telah memiliki pengalaman menangani situasi serupa. Pada Mei 2025, polisi berhasil mematahkan hoaks tentang sweeping plat B jelang laga Persib vs Barito Putera, dengan mengerahkan 8 ribu personel untuk pengamanan.
Kini, sorotan tertuju pada langkah konkret yang akan diambil aparat. Apakah oknum bobotoh akan menghadapi jeratan pidana, penggemblengan di barak militer, atau kombinasi keduanya? Yang jelas, kejadian ini menjadi pengingat bahwa euforia kemenangan tidak boleh berujung pada tindakan merugikan.
Pesan untuk Bobotoh
Kasus ini juga menjadi pelajaran bagi bobotoh untuk menyalurkan semangat mendukung Persib secara positif. Stadion GBLA bukan hanya tempat pertandingan, tetapi juga simbol kebanggaan Jawa Barat. Merusak fasilitasnya sama saja dengan merendahkan nilai-nilai sportivitas yang dijunjung tinggi oleh Maung Bandung.
Dengan ancaman hukuman yang tegas dari Dedi Mulyadi, diharapkan bobotoh dapat lebih bijak dalam mengekspresikan kecintaan mereka pada Persib. Bagaimanapun, gelar juara seharusnya menjadi momen kebanggaan, bukan malapetaka yang meninggalkan luka bagi kota dan pendukungnya.