JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 1,13% pada sesi perdagangan awal hari ini, Senin (26/5/2025). Setelah sempat menguat di awal sesi, IHSG mendadak terperosok ke zona merah, mencerminkan sentimen pasar yang bergejolak.
Penurunan ini menjadi sorotan pelaku pasar, terutama setelah IHSG menunjukkan performa yang cukup stabil dalam beberapa hari terakhir.
Saham Bank Jadi Penyebab Utama
Penurunan IHSG kali ini dipicu oleh anjloknya saham-saham sektor perbankan, khususnya emiten BUMN blue chip. Berdasarkan data Refinitiv, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat terbesar dengan kontribusi penurunan hingga 12,3 poin indeks. Disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), yang masing-masing menyumbang penurunan 10,4 dan 9,4 poin indeks.
“Penurunan saham-saham BUMN ini terjadi tepat sehari setelah peluncuran Daya Anagata Nusantara (Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto,” tulis laporan CNBC Indonesia. Danantara, yang merupakan badan pengelola investasi baru, mencakup ketiga emiten tersebut sebagai portofolio awal, memicu spekulasi di kalangan investor tentang dampak kebijakan ini terhadap kinerja saham.
Sentimen Global dan Domestik Mempengaruhi
Selain tekanan dari sektor perbankan, sejumlah sentimen global dan domestik turut mewarnai pergerakan pasar. Di pasar global, indeks saham Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks S\&P/ASX 200 di Australia turun 0,87%, sementara Nikkei 225 di Jepang anjlok 1,34%. Di Hong Kong, indeks berjangka Hang Seng tercatat merosot 2,2% ke level 22.827. Wall Street juga tidak luput dari tekanan, dengan S\&P 500 turun 0,5% dan Nasdaq Composite ambruk 1,21%.
Dari dalam negeri, peluncuran bullion bank dan data uang beredar menjadi perhatian pelaku pasar. “Peluncuran Danantara dan bullion bank menjadi sentimen yang cukup signifikan, karena investor masih mencerna implikasinya terhadap pasar saham,” ujar seorang analis pasar yang tidak ingin disebutkan namanya.
Peluang dan Tantangan ke Depan
Meski IHSG mengalami tekanan, sejumlah analis tetap optimistis bahwa pasar masih memiliki peluang untuk pulih. “Investor perlu mencermati data neraca dagang dan keputusan suku bunga Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) minggu ini,” kata Arjun Ajwani, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori. Menurutnya, stabilitas makroekonomi dan kebijakan moneter yang tepat dapat menjadi katalis positif bagi IHSG.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dengan adanya ketidakpastian global seperti negosiasi perdagangan dan kebijakan suku bunga The Fed. “Pasar saham, rupiah, dan obligasi masih akan dipengaruhi oleh dinamika global ini,” tambah Arjun.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Bagi investor, kondisi pasar saat ini menuntut kehati-hatian. Analis menyarankan untuk fokus pada saham-saham defensif dan memantau perkembangan sentimen domestik, seperti hasil RDG Bank Indonesia dan kinerja emiten blue chip. Diversifikasi portofolio juga menjadi kunci untuk memitigasi risiko di tengah volatilitas pasar.
Dengan penurunan IHSG hari ini, pelaku pasar diharapkan tetap waspada namun tidak panik. Pergerakan pasar yang dinamis menawarkan peluang bagi investor yang cermat dalam membaca sentimen dan memilih strategi investasi yang tepat.