JAKARTA – Kasus pemerkosaan yang melibatkan seorang residen anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memicu sorotan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ketua Umum IDI, dr. Slamet Budiarto, angkat bicara mengenai insiden yang melibatkan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran, Priguna Anugerah Pratama (PAP), yang juga terdaftar sebagai anggota IDI wilayah Kota Bandung.
dr. Slamet menegaskan bahwa IDI akan menunggu hasil penyelidikan kepolisian sebelum mengambil langkah lebih lanjut. “Dia anggota IDI Kota Bandung, jadi nanti akan diproses setelah penyelidikan. Kita tunggu hasilnya,” ujarnya saat dihubungi detikcom pada Kamis (10/5/2025). dr. Slamet juga menambahkan bahwa proses internal IDI akan terus berjalan seiring dengan perkembangan kasus ini.
Sebagai langkah preventif, IDI mengingatkan pentingnya evaluasi dan peningkatan pengawasan di rumah sakit vertikal, terutama yang berada di bawah Kementerian Kesehatan RI. dr. Slamet menekankan perlunya standar operasional prosedur (SOP) yang jelas untuk menghindari kejadian serupa, termasuk pengawasan terhadap interaksi antara dokter dan pasien, yang harus melibatkan perawat dalam setiap pemeriksaan.
“Kita harus mencari akar masalahnya dan memastikan SOP yang jelas. Tidak boleh dokter memeriksa sendiri, harus ada perawat,” tegasnya. Sebelumnya, RSUP Kariadi Semarang juga tersangkut kasus kekerasan seksual, yang menambah kekhawatiran terkait pengawasan di fasilitas kesehatan.
Dengan pelaku yang kini sudah ditahan dan terancam hukuman hingga 12 tahun penjara, IDI menegaskan sikap tegas terhadap segala bentuk kekerasan seksual, memastikan tidak ada toleransi terhadap tindakan tersebut.