PHNOM PENH – Indonesia sebagai negara dengan keberagaman budaya dan agama terus berupaya menjaga harmoni antarumat beragama.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Muslim-Buddha 2025 yang digelar di Phnom Penh, Kamboja, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin, memaparkan empat strategi utama dalam merawat kerukunan di tengah masyarakat multikultural dan digital.
Dalam forum yang dihadiri delegasi dari 38 negara, termasuk perwakilan organisasi Islam Indonesia seperti MUI, PBNU, dan PP Muhammadiyah, Kamaruddin menekankan pentingnya respons terhadap tantangan keberagaman di era digital.
“Tantangan harmoni umat beragama, terutama di tengah dinamika masyarakat multikultural dan multiagama, juga di era teknologi digital sering memicu residu dan berita hoaks.”
“Ini mudah menyulut konflik keumatan. Karenanya, kami melakukan beberapa strategi,” ujar Kamaruddin dikutip dari laman Kemenag.
Empat Strategi Utama Merawat Kerukunan
Pada kesempatan tersebut, Kamaruddin menerangkan empat strategi untuk merawat kerukunan umat beragama di Indonesi, yakni:
1. Penguatan Dialog Lintas Agama
Kemenag menekankan peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah bagi tokoh agama untuk membangun komunikasi yang produktif dan menciptakan solusi atas perbedaan pandangan keagamaan.
2. Program Pertukaran Pemuda Lintas Agama
Melihat demografi Indonesia yang didominasi generasi milenial dan Gen Z, Kemenag mengembangkan program pertukaran pemuda untuk menanamkan semangat toleransi dan kerja sama sejak dini.
“Di tingkat regional, ada dialog lintas agama ASEAN yang diikuti oleh pelajar dan mahasiswa sebagaimana yang dilakukan dalam forum MABIMS,” tambah Kamaruddin.
3. Peningkatan Kerja Sama Internasional
Kamaruddin menyoroti perlunya berbagi pengalaman antara negara-negara Muslim dan Buddha dalam membangun toleransi.
“Di Indonesia, umat Buddha merupakan minoritas di tengah mayoritas Muslim. Di Kamboja, umat Muslim adalah minoritas di tengah mayoritas Buddha. Berbagi pengalaman sangat penting untuk penguatan kerukunan,” jelasnya.
4. Pemberdayaan Komunitas Agama Setempat
Inisiatif lintas agama dalam membangun dialog dan kerja sama menjadi salah satu upaya konkret.
Kamaruddin mencontohkan program penanaman pohon oleh komunitas agama di Indonesia sebagai langkah kolaboratif menghadapi perubahan iklim.
“Jika kita dapat bersama-sama memulai langkah konkret seperti itu, kami yakin perbedaan agama akan menjadi pengikat dan bukan pemisah,” tegasnya.
Kolaborasi Global untuk Kerukunan
Kamaruddin menegaskan bahwa kolaborasi antarnegara dan peran aktif tokoh agama sangat krusial dalam membangun harmoni umat beragama.
“Pemerintah juga perlu memberi ruang bagi peran aktif tokoh agama dalam inisiatif pembangunan,” ungkapnya.
Muslim-Buddha Summit 2025 menjadi momentum penting dalam memperkuat kerja sama global.
Acara ini turut dihadiri oleh diplomat dari berbagai negara, termasuk Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Kamboja, Santo Darmosumarto, serta tokoh lintas agama yang berperan aktif dalam upaya menjaga harmoni dunia.***
Caption Foto: Delegasi Indonesia menghadiri KTT Muslim-Buddha 2025 di Phnom Penh, Kamboja, 27 Februari 2025.
Tag: #Kemenag #KerukunanUmatBeragama #KTTMuslimBuddha #DialogLintasAgama #Toleransi