LOS ANGELES, AS — Ratusan Marinir Amerika Serikat tiba di wilayah Los Angeles pada Selasa (10/6/2025), di tengah gelombang protes yang dipicu oleh penggerebekan imigrasi massal yang dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump. Langkah ini semakin memanaskan situasi di kota terbesar kedua di AS, sementara Gubernur California Gavin Newsom memperingatkan bahwa “demokrasi sedang diserang.”
Pengiriman personel militer—termasuk Garda Nasional dan Marinir—oleh Trump dinilai sebagai respons berlebihan terhadap unjuk rasa yang sebagian besar berlangsung damai. Aksi-aksi tersebut telah memasuki hari kelima di Los Angeles dan menyebar ke kota-kota besar lain seperti New York, Atlanta, dan Chicago.
“Penyalahgunaan kekuasaan yang terang-terangan oleh presiden yang sedang menjabat ini memperburuk situasi yang sudah genting, membahayakan warga, petugas, bahkan Garda Nasional kita. Di sinilah spiral kehancuran dimulai,” ujar Gubernur Newsom dalam pernyataan video, dilansir dari Reuters.
“Ia kembali memilih eskalasi. Ia memilih kekerasan. Ia memilih sandiwara ketimbang keselamatan publik… Demokrasi sedang diserang.”
Newsom, yang disebut-sebut sebagai calon kuat dalam pemilihan presiden 2028, menyebut pengerahan pasukan federal itu sebagai tindakan ilegal dan pemborosan anggaran. Ia bahkan menggugat Trump dan Departemen Pertahanan ke pengadilan. Sebagai balasan, Trump menyarankan agar Newsom ditangkap.
Trump: “Kami Akan Membebaskan Los Angeles”
Dalam pidato di markas militer Fort Bragg, North Carolina, Trump membela keputusannya dan menuduh para demonstran sebagai ancaman terhadap kedaulatan nasional.
“Generasi pahlawan Angkatan Darat tidak menumpahkan darah di negeri asing hanya untuk melihat negara ini dihancurkan oleh invasi dan kekacauan negara dunia ketiga,” kata Trump.
“Apa yang kalian lihat di California adalah serangan penuh terhadap perdamaian, ketertiban umum, dan kedaulatan nasional, dilakukan oleh perusuh yang membawa bendera asing… Pemerintahan saya akan membebaskan Los Angeles.”
Sementara itu, aksi solidaritas terhadap para imigran—yang banyak di antaranya membawa bendera negara asal seperti Meksiko—terus berlangsung. Departemen Keamanan Dalam Negeri melaporkan bahwa rata-rata 2.000 imigran ditangkap setiap hari dalam operasi terbaru, jauh lebih tinggi dibandingkan angka harian pada masa Presiden Joe Biden.
Kota Menegang: Polisi dan Demonstran Terlibat Baku Dorong
Wali Kota Los Angeles Karen Bass menetapkan jam malam untuk area pusat kota seluas 2,5 km² mulai pukul 20.00 hingga 06.00, setelah 23 toko dijarah pada Senin malam. Meski demikian, ratusan demonstran tetap bertahan di jalan menjelang jam malam, mengangkat tangan dan meneriakkan “protes damai”.
“Ketika aksi damai berakhir dan para demonstran pulang, ada kelompok lain yang masuk: para oportunis, yang datang menyamar di balik protes damai untuk menjarah dan merusak,” kata anggota Dewan Kota, Ysabel Jurado.
Polisi mengatakan mereka mulai melakukan “penangkapan massal”, dan pada Selasa saja, sedikitnya 197 orang telah ditahan—lebih dari dua kali lipat jumlah sebelumnya.
Di lokasi penahanan imigran, seperti Metropolitan Detention Center, polisi dan demonstran terlibat bentrokan harian. Polisi bersenjata peluru karet menghalau massa yang menyebar ke berbagai jalanan di pusat kota.
Protes serupa juga berlangsung di kota-kota besar lainnya. Di Chicago, sebagian demonstran memanjat patung Picasso di Daley Plaza sambil meneriakkan tuntutan pembubaran ICE (Badan Imigrasi dan Bea Cukai).
Christina Berger (39), salah satu peserta aksi, menyuarakan keprihatinan terhadap anak-anak imigran yang takut dipisahkan dari keluarganya.
“Saya hanya ingin memberikan harapan untuk teman-teman dan tetangga saya,” katanya.