ISTAMBUL — Konflik Iran-Israel yang terus memanas, mendorong para menteri luar negeri Liga Arab menggelar rapat darurat di Istanbul pada Jumat, 20 Juni 2025.
Agenda ini menjadi sorotan dunia diplomasi internasional lantaran membahas kemungkinan eskalasi lebih luas yang dapat mengguncang stabilitas kawasan Timur Tengah.
Pertemuan tingkat tinggi itu berlangsung secara tertutup, namun sumber diplomatik yang dikutip Anadolu Agency mengungkapkan bahwa para delegasi membedah secara mendalam potensi dampak lanjutan dari konflik yang sedang memanas, termasuk risiko perang terbuka dan ketegangan nuklir.
Pertemuan ini dinilai krusial sebagai upaya merumuskan langkah kolektif negara-negara Arab dalam menghadapi dinamika regional yang semakin tak menentu.
Usai memimpin sesi pertemuan, Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, menegaskan pentingnya langkah global guna mencegah konflik berskala luas.
“Serangan-serangan harus dihentikan, dan negosiasi harus dimulai untuk mencapai solusi politik atas program nuklir Iran,” ujar Safadi di hadapan awak media.
Ia menambahkan bahwa kawasan kini berada di titik rawan yang bisa menjalar ke konflik multidimensi jika tidak segera diredam.
Seruan untuk Gaza dan Harapan Sikap Bersama
Selain membahas situasi konflik Iran-Israel, para menlu Arab juga menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza yang masih berkobar.
Dalam pernyataannya, Safadi menekankan pentingnya tekanan global untuk menghentikan kekerasan di wilayah tersebut.
Ia menyebut bahwa upaya mengakhiri agresi Israel merupakan langkah mendasar demi mengembalikan ketenangan dan stabilitas di Timur Tengah.
Seluruh delegasi juga dijadwalkan menghadiri sidang Dewan Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-51 yang berlangsung pada 21–22 Juni 2025, juga di Istanbul.
Forum ini diharapkan dapat memperkuat konsensus kolektif dalam menyuarakan penghentian aksi militer baik terhadap Gaza maupun Iran.
Safadi mengungkapkan harapan agar rangkaian pertemuan di Istanbul ini menghasilkan sikap tegas bersama negara-negara Muslim untuk mendorong penghentian kekerasan serta memulai inisiatif perdamaian yang lebih luas dan berkelanjutan.***