Kategori
KSAL Pimpin Acara Penyerahan Kapal Perang Penyapu Ranjau Canggih Buatan Jerman
BREMEN, JERMAN – TNI Angkatan Laut (TNI AL) telah resmi memperoleh dan mengoperasikan kapal perang penyapu ranjau canggih setelah Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali memimpin acara pengiriman dua unit Kapal Pemusnah Ranjau (Mine Counter Measure Vessel – MCMV) yaitu KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732 di Galangan Abeking & Resmussen, Lamwerder – Bremen, Jerman, pada Jumat lalu (26/05).
Dalam kesempatan tersebut, diadakan upacara pengibaran bendera Indonesia dengan lagu Indonesia Raya sebagai identitas bahwa kapal perang tersebut adalah bendera dan aset milik negara Indonesia. Setelah secara resmi mengumumkan kedua KRI ini sebagai bagian dari jajaran TNI AL, Ny. Fera Muhammad Ali kemudian memotong tali sebagai tanda bahwa kedua KRI tersebut siap berlayar dan dioperasikan dalam berbagai misi.
Kapal penyapu ranjau MCMV, yang dinamai berdasarkan pulau-pulau di Provinsi Papua, memiliki kemampuan operasional baik di perairan dangkal maupun dalam laut. Pemotongan baja pertama dilakukan pada tanggal 26 November 2020.
Pengadaan kedua KRI ini dilakukan untuk mengatasi ranjau laut peninggalan Perang Dunia II yang masih ada di perairan Indonesia. Selain itu, perkembangan teknologi persenjataan ranjau yang dinamis juga menjadi alasan pengadaan ini.
Diharapkan kedua KRI penyapu ranjau ini dapat dioperasikan oleh TNI AL untuk menjaga keamanan perairan Indonesia dari gangguan dan ancaman senjata bawah air, terutama ranjau. Kedua kapal ini juga akan digunakan untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih berpotensi bahaya ranjau.
Kapal perang terbaru TNI AL ini dilengkapi dengan teknologi modern untuk peperangan ranjau, yang lebih canggih daripada kapal penyapu ranjau yang sudah ada dalam operasi TNI AL saat ini. Kedua kapal ini menggunakan bahan baja non-magnetik dan dilengkapi dengan sistem degaussing, yang mengurangi tingkat magnetisme kapal. Mereka juga dilengkapi dengan penggerak motor listrik untuk mengurangi tingkat kebisingan.
KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732 memiliki dimensi yang lebih besar, dengan panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter. Kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan sonar terbaru untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak bawah air, serta dilengkapi dengan Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk mengidentifikasi dan menetralkan ranjau.
Kedua kapal ini juga dilengkapi dengan Autonomous Underwater Vehicle (AUV) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasikan kontak bawah air, serta Unmanned Surface Vessel (USV) yang merupakan kapal tanpa awak untuk pemburuan dan penyapuan ranjau.
Demi kesiapan awak kapal KRI tersebut, TNI AL telah melakukan proses seleksi sebelumnya. Langkah ini menunjukkan komitmen nyata TNI AL dalam membangun organisasi yang profesional dan akuntabel dengan mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya. Salah satu upayanya adalah melalui pendidikan dan pelatihan personel sebagai awak kapal yang menjalani program pelatihan selama 39 hari di Jerman.