JAKARTA – Laga Real Madrid vs Arsenal menjadi laga berat bagi Los Blancos, berada di persimpangan sejarah pada leg kedua perempat final Liga Champions 2024/25.
Dengan tertinggal agregat 0-3 setelah kekalahan di London, Real Madrid menghadapi tantangan berat: menciptakan salah satu comeback terbesar sejak kemenangan legendaris melawan Derby County pada musim 1975/76.
Pertanyaan utama yang muncul menjelang laga ini adalah: mampukah Real Madrid membalikkan defisit lebih dari dua gol untuk pertama kalinya dalam format Liga Champions modern?
Jawaban dari sejarah sejauh ini adalah tidak. Meskipun dikenal sebagai “raja comeback” di Eropa, Real Madrid belum pernah menaklukkan defisit tiga gol dalam kompetisi ini sejak format modern diperkenalkan pada musim 1992/93.
Kisah comeback epik musim 1975/76 menjadi satu-satunya referensi sukses ketika Real Madrid kalah 4-1 di leg pertama dari Derby County, lalu membalikkan keadaan dengan kemenangan 5-1 di Santiago Bernabéu. Namun itu terjadi di era lama, saat kompetisi masih bernama Piala Eropa.
Real Madrid dan Sejarah Melawan Defisit Besar
Dalam sejarah panjang Liga Champions, Real Madrid kerap tampil fenomenal saat menghadapi tekanan.
Namun, comeback dari kekalahan dengan selisih lebih dari dua gol belum pernah benar-benar terjadi dalam format modern kompetisi.
Beberapa laga dramatis memang tercatat:
Vs PSG (2021/22, 16 besar): kalah 0-1 di leg pertama, menang 3-1 di leg kedua – total agregat 3-2.
Vs Manchester City (2021/22, semifinal): kalah 3-4 di leg pertama, menang 3-1 (ET) di leg kedua – total agregat 6-5.
Vs Wolfsburg (2015/16, perempat final): kalah 0-2 di leg pertama, menang 3-0 di leg kedua – total agregat 3-2.
Namun, semua contoh di atas hanya mencakup defisit maksimal dua gol. Artinya, comeback dari kekalahan tiga gol atau lebih masih merupakan mimpi yang belum terwujud dalam era Liga Champions.
Kasus Kegagalan Comeback
Beberapa kekalahan Real Madrid di leg pertama dengan margin besar berakhir dengan eliminasi, seperti:
2012/13 vs Borussia Dortmund: kalah 1-4, lalu menang 2-0 – agregat 3-4.
1964/65 vs Benfica: kalah 1-5, lalu menang 2-1 – agregat 3-6.
1986/87 vs Bayern Munich: kalah 1-4, lalu menang 1-0 – agregat 2-4.
Meski dua dari tiga laga tersebut terjadi sebelum era Liga Champions, pola kegagalan membalikkan defisit tetap konsisten.
Satu-Satunya Keajaiban: Musim 1975/76
Real Madrid hanya sekali membalikkan defisit tiga gol dalam sejarah mereka di kompetisi Eropa.
Musim 1975/76, menghadapi Derby County, mereka bangkit luar biasa setelah kalah 1-4 di Inggris dan membalikkan keadaan di Bernabéu dengan kemenangan 5-1. Mereka lolos dengan agregat 6-5.
Namun, kemenangan heroik itu terjadi di masa ketika kompetisi masih dalam format knockout klasik tanpa aturan gol tandang, dan belum ada sistem dua leg seperti sekarang.
Laga vs Arsenal: Sejarah atau Sekadar Statistik?
Melawan Arsenal di leg kedua ini, Real Madrid sekali lagi mengandalkan DNA comeback-nya. Pelatih Carlo Ancelotti menyadari beban sejarah yang mereka pikul, tetapi tetap menaruh harapan.
“Itu bisa dilakukan bersama dengan komitmen, pengalaman, dan para penggemar,” ujar Ancelotti, menekankan pentingnya mengontrol pertandingan sejak menit pertama.
Sementara dari kubu Arsenal, pelatih Mikel Arteta memilih untuk tidak bermain aman.
“Pola pikirnya adalah untuk menjadi berani, menjadi dominan dan memiliki keyakinan bahwa kami bisa lebih baik dari mereka. Menangkan pertandingan.”
Arteta tak ingin timnya terjebak euforia keunggulan tiga gol, dan bertekad menyegel semifinal dengan performa agresif di Madrid.
Head to Head Real Madrid vs Arsenal
Dalam tiga pertemuan terakhir kedua tim, Arsenal unggul dengan dua kemenangan.
Momentum dan psikologis saat ini jelas berpihak kepada The Gunners. Namun, magis Bernabéu kerap melahirkan skenario mustahil. Atmosfer fanatik dan sejarah panjang Los Blancos sering jadi faktor pembeda.
Real Madrid tak asing dengan tekanan dan drama Eropa. Namun, dalam era Liga Champions modern, belum ada bukti mereka mampu membalikkan defisit tiga gol.
Satu-satunya keberhasilan terjadi hampir 50 tahun lalu. Jika mereka berhasil kali ini, maka bukan hanya sekadar kemenangan – tapi tonggak sejarah baru di bawah lampu Bernabéu.
Laga melawan Arsenal bukan sekadar pertandingan, melainkan ujian supremasi sejarah klub terbesar Eropa. Apakah keajaiban 1975/76 akan terulang, atau statistik kembali berbicara?
Hingga hari ini, belum ada bukti bahwa Real Madrid mampu membalikkan defisit lebih dari dua gol di era Liga Champions modern.
Namun, jika ada tim yang bisa menulis ulang sejarah di Eropa, itu adalah Real Madrid — klub dengan DNA comeback di jantung Bernabéu.
Jika keajaiban itu terjadi Kamis dini hari nanti, dunia akan menyaksikan lahirnya salah satu kisah terbesar sepanjang sejarah Liga Champions.***