JAKARTA – Keputusan Aishah Prastowo, doktor lulusan Universitas Oxford, untuk meninggalkan jalan karier akademik di luar negeri dan memilih mengajar di sebuah SMA di Sleman, Yogyakarta, mengundang decak kagum dari banyak pihak.
Tak terkecuali Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang turut memberikan apresiasi atas ketulusan langkah inspiratif Aishah.
Dalam unggahan akun Instagram-nya, Sri Mulyani menyoroti semangat Aishah sebagai penerima beasiswa LPDP generasi awal yang telah mengenyam pendidikan tingkat doktoral di bidang Engineering Science pada usia muda, namun memilih untuk kembali dan “ngabdi” sebagai guru.
“Dulu waktu bikin esai LPDP, saya bilangnya mau jadi peneliti. Sepuluh tahun berlalu, saya jadi… guru SMA,” demikian kutipan unggahan yang dikutip Sri Mulyani, Sabtu (28/6/2025).
Menurut Sri Mulyani, keputusan Aishah membuktikan bahwa arah hidup bisa berubah, namun nilai-nilai pengabdian dan ilmu pengetahuan tetap menemukan jalannya.
“Cuitan ini dari Aishah Prastowo, awardee LPDP angkatan awal. Sederhana, tapi penuh makna. Aishah mengingatkan kita akan bagaimana setiap langkah, meskipun tidak selalu sesuai rencana, tetap bisa memberikan dampak besar,” tulis Sri Mulyani dalam caption.
Langkah Pulang: Ilmu untuk Negeri, Bukan Sekadar Gelar
Aishah Prastowo memulai perjalanannya ke Oxford pada usia 23 tahun.
Ia menekuni ilmu teknik yang sangat spesifik dengan harapan bisa mengembangkan alat diagnostik penyakit yang murah dan mudah diakses masyarakat pelosok.
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik baginya, mengantarkan ia kembali ke Indonesia, bukan sebagai peneliti, tapi sebagai penggerak pendidikan menengah.
Kini, Aishah menjabat sebagai Kepala Sekolah di SMA Praxis, Yogyakarta—sebuah sekolah berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics).
Ia mengadaptasi pendekatan interdisipliner yang ia pelajari selama studi ke dalam sistem pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan tantangan Indonesia.
“Menjadi guru tidak berarti saya meninggalkan penelitian,” ungkap Aishah. Ia menekankan bahwa pengajaran adalah cara efektif untuk menyebarkan semangat ilmiah dan mendorong siswa berpikir kritis sejak dini. Langkah ini memperluas jangkauan ilmunya jauh melampaui ruang laboratorium.
Dari Oxford ke Kelas: Transformasi Inspiratif Sang Intelektual Muda
Keputusan Aishah bukan hanya soal pilihan profesi, tapi juga sikap terhadap tanggung jawab sosial seorang intelektual.
Ia memilih jalan pendidikan karena yakin bahwa dampak paling besar justru dapat lahir dari ruang kelas. Ia mencontohkan bagaimana satu perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten bisa menciptakan efek domino yang luas.
Sri Mulyani menegaskan bahwa semangat seperti ini harus menjadi contoh bagi generasi muda, bahwa keberanian untuk bertransformasi dan tetap berkontribusi adalah bentuk nyata dari kepemimpinan dan nasionalisme.
“Terima kasih telah menjadi sosok generasi muda yang inspiratif, Aishah. Terus berinovasi dan berkarya, memberikan kontribusi terbaik untuk negeri,” tutup Sri Mulyani.***