JAKARTA – Pelatih Daejeon JungKwanJang Red Sparks, Ko Hee-jin, menyebut dirinya sebagai pelatih paling beruntung usai timnya mengakhiri paceklik panjang dengan menembus babak final Liga Voli Korea 2024–2025. Ini merupakan pencapaian pertama Red Sparks dalam 13 tahun terakhir.
Red Sparks, yang dikenal pula dengan julukan Red Force, sempat mengalami awal musim yang sulit. Mereka menelan empat kekalahan beruntun, termasuk dari dua tim unggulan: Suwon Hyundai E&C Hillstate dan Incheon Heungkuk Life Pink Spiders—dua lawan yang kembali mereka hadapi di fase postseason.
Pada partai puncak, Red Sparks kembali bertemu Pink Spiders dalam perebutan gelar juara. Di sinilah peran Megawati Hangestri Pertiwi menjadi sorotan utama. Opposite asal Indonesia itu tampil gemilang sepanjang final, mencetak total 153 poin dari lima pertandingan—mengungguli rekan setimnya, Vanja Bukilic, yang meraih 115 poin dan menyabet gelar outside hitter terbaik.
Megawati, atlet asal Jember, Jawa Timur, menjadi kunci penting kebangkitan Red Sparks dalam dua musim terakhir. Musim lalu, ia membantu Red Sparks lolos ke babak play-off setelah tujuh tahun absen. Musim ini, kontribusinya membawa tim melaju lebih jauh hingga partai final.
“Saya beruntung,” ujar Ko Hee-jin dalam wawancara dengan News1.kr yang dikutip BolaSport.
“Sebuah keberuntungan besar bagi seorang pelatih untuk memiliki pemain asing seperti itu. Berkat kalian, kami bisa memecahkan telur,” imbuhnya.
Pelatih berusia 44 tahun itu menekankan pentingnya komunikasi dalam membangun kekompakan tim. Ia menilai bahwa transformasi tim terjadi usai mereka mencapai bentuk komunikasi yang sejati.
“Kata komunikasi itu sendiri berarti saling menceritakan segala sesuatu,” katanya.
“Jika Anda hanya berbicara dengan satu pihak atau hanya membicarakan apa yang Anda katakan, itu bukanlah komunikasi.”
”Saya pikir saya adalah seorang komunikator yang baik hingga hari itu. Namun setelah kami melakukan ‘komunikasi yang nyata’ hari itu, tim kami benar-benar berbeda dan kami memiliki atmosfer tim yang terbaik,” lanjutnya.
Salah satu ofisial tim pun turut mengomentari atmosfer positif dalam tim. “Tidak hanya ada suasana yang baik tetapi juga ada rasa saling percaya di antara pelatih kepala, staf pelatih, dan para pemain.”
Ko juga mengungkapkan bahwa kekuatan komunikasi itu terbukti saat pertandingan ketiga babak final, ketika Red Sparks sudah tertinggal dua set.
“Ketika Anda kalah dalam dua pertandingan di kejuaraan dan dua set di pertandingan ketiga, wajar jika Anda merasa terpuruk,” ujarnya.
“Namun, kami mampu berkomunikasi satu sama lain. Kami memiliki semangat tim terbaik, jadi mampu menyatukan diri sekali lagi dalam situasi itu.”
Ko Hee-jin mengakui bahwa momen tersebut menjadi pembelajaran berharga dalam karier kepelatihannya.
“Saya menyadari sekali lagi bahwa penting bagi seorang pelatih untuk berkomunikasi lebih baik dengan para pemain dan membangun kerja sama tim yang baik.”
“Saya pelatih yang bahagia karena berkesempatan bermain dalam pertandingan yang mengesankan yang tidak akan pernah saya dapatkan lagi dalam karier kepelatihan saya.”
“Kenangan ini akan menjadi aset yang sangat berharga sebagai pelatih di masa mendatang,” pungkasnya.