JAKARTA – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, mengkritik tajam arah kebijakan negara-negara anggota Kelompok Tujuh (G7) yang dianggapnya menunjukkan keberpihakan atas konflik Iran-Israel.
Sugiono menilai, keberpihakan ini berpotensi memperkeruh konflik Iran-Israel, serta memperlebar ketegangan di kawasan.
Menurut Menlu Sugiono, respons G7 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) terbaru mereka justru menambah bara di tengah konflik Iran-Israel.
Alih-alih menyerukan deeskalasi, para pemimpin G7 lebih banyak menekankan sikap keras terhadap Iran.
Dalam pernyataan bersama KTT G7 tersebut, para pemimpin menyampaikan tekad bahwa “Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir.”
Sugiono menegaskan bahwa pendekatan yang tidak adil dan tidak seimbang hanya akan menambah rumit dinamika geopolitik di Timur Tengah.
Ia menyerukan komunitas internasional, terutama negara-negara besar seperti anggota G7, agar bersikap lebih objektif dalam merespons krisis antarnegara yang melibatkan Israel dan Iran.
Indonesia sendiri, lanjut Sugiono, tetap konsisten mendukung penyelesaian damai berdasarkan hukum internasional dan keadilan.
Kritik Indonesia terhadap Sikap G7 di KTT Terbaru
Pernyataan Indonesia ini muncul di tengah peningkatan eskalasi konflik yang melibatkan serangan udara, sanksi ekonomi, dan ketegangan diplomatik antara kekuatan regional di Timur Tengah.
G7, yang terdiri dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jepang, dianggap tidak menaruh perhatian seimbang terhadap pihak-pihak yang terlibat.
Sugiono mengingatkan bahwa konflik Timur Tengah bukan sekadar soal senjata, tetapi juga ketidakadilan yang berlangsung puluhan tahun.
Karena itu, solusi tidak bisa hanya dibangun melalui tekanan terhadap satu pihak saja, apalagi jika mengabaikan pelanggaran yang dilakukan pihak lain.
Indonesia mendorong agar diplomasi tetap menjadi jalan utama. Tanpa keadilan dan netralitas, upaya menuju perdamaian hanya akan menjadi slogan kosong.***