JAKARTA – NATO mengumumkan kebutuhan mendesak untuk menambah 700 unit jet tempur siluman F-35 guna menghadapi ancaman militer Rusia yang terus meningkat di kawasan Eropa. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, yang menegaskan urgensi modernisasi pertahanan udara aliansi sebagai respons atas dinamika geopolitik yang memanas.
Dalam wawancara eksklusif dengan media internasional, Stoltenberg mengatakan, “Kami membutuhkan setidaknya 700 jet tempur F-35 untuk memastikan superioritas udara di Eropa.” Pernyataan tersebut menegaskan kekhawatiran NATO terhadap kemampuan militer Rusia, terutama di tengah konflik yang belum usai di Ukraina dan aktivitas militer yang meningkat di perbatasan timur aliansi.
Mengapa F-35 Jadi Pilihan Utama?
Jet tempur F-35, yang dikembangkan oleh Lockheed Martin, dikenal sebagai salah satu pesawat paling canggih di dunia. Dilengkapi teknologi siluman, kemampuan sensor mutakhir, dan sistem persenjataan terintegrasi, F-35 mampu menjalankan berbagai misi seperti serangan presisi, pengintaian, hingga perang elektronik. Hal ini menjadikannya aset strategis dalam menghadapi ancaman modern.
Menurut Dr. Michael Brown, pakar strategi militer dari Universitas Georgetown, “F-35 adalah game-changer. Dengan jumlah ini, NATO bisa mendominasi ruang udara Eropa.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa kebutuhan 700 unit F-35 tidak hanya memperkuat daya deteren NATO, tetapi juga menjadi sinyal kuat kepada Rusia.
Tantangan dan Investasi Besar
Ambisi NATO untuk memiliki 700 jet F-35 menghadapi tantangan besar. Satu unit F-35 diperkirakan berharga lebih dari 80 juta dolar AS, belum termasuk biaya pelatihan pilot, perawatan, dan pembangunan infrastruktur pendukung. Dengan kebutuhan sebanyak itu, investasi yang diperlukan diperkirakan mencapai triliunan dolar.
Beberapa negara Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Norwegia sudah memesan F-35, namun jumlahnya masih jauh dari target. Sementara itu, Prancis lebih memilih mengembangkan jet tempur sendiri, menimbulkan dinamika politik dalam aliansi NATO.
Konteks Geopolitik yang Memanas
Pernyataan Stoltenberg muncul saat ketegangan dengan Rusia semakin meningkat. Rusia terus memperkuat armada militernya dengan menggelar latihan militer skala besar di wilayah Baltik dan mengembangkan rudal hipersonik.
“Kami tidak bisa lengah. Modernisasi pertahanan adalah keharusan,” tegas Stoltenberg.
Perang di Ukraina juga menjadi pengingat bagi Eropa akan pentingnya kesiapan militer. Dukungan NATO kepada Kyiv, termasuk pengiriman sistem pertahanan udara, menegaskan upaya menjaga stabilitas kawasan.
Untuk mewujudkan target pengadaan 700 jet F-35, NATO harus mempercepat negosiasi dengan Lockheed Martin dan mengamankan komitmen finansial dari negara-negara anggota. Pelatihan pilot dan integrasi sistem pertahanan udara juga menjadi faktor kunci keberhasilan proyek ini.
Analis memandang bahwa program ini berpotensi membuka peluang kolaborasi antara industri pertahanan Eropa dan Amerika Serikat serta mendorong inovasi teknologi militer. Namun, kesepakatan politik dan pembagian beban anggaran tetap menjadi tantangan terbesar.
Kebutuhan NATO akan 700 jet tempur F-35 mencerminkan respons strategis terhadap ancaman Rusia yang semakin nyata. Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperkuat pertahanan udara Eropa di tengah dinamika keamanan global yang kompleks.
Keberhasilan rencana ini sangat bergantung pada kerja sama antarnegara anggota NATO dan kemampuan menghadapi tantangan finansial serta politik.