MOGADISHU, SOMALIA – Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud nyaris menjadi korban percobaan pembunuhan. Bom yang dipasang di jalanan ibu kota itu hampir mengenai mobil yang membawa sang presiden, dalam serangan yang kemudian diklaim oleh kelompok militan Al Shabaab. Pemerintah Somalia memastikan bahwa ledakan tersebut memang sengaja menargetkan Mohamud, namun upaya jahat itu berhasil digagalkan.
Insiden mengerikan ini terjadi di Distrik Xamar-Jajab sekitar pukul 10.32 waktu setempat, saat konvoi presiden sedang melaju menuju Bandara Internasional Aden Adde. Mohamud dijadwalkan terbang ke Negara Bagian Hirshabelle untuk bertemu dengan pasukan garis depan yang tengah bertempur melawan militan. Meski serangan itu memakan korban, Kementerian Informasi Somalia menegaskan bahwa presiden selamat dan tetap melanjutkan agendanya. “Serangan berhasil digagalkan dan Presiden tiba dengan selamat di tujuannya sesuai rencana,” demikian bunyi pernyataan resmi kementerian.
Korban dan Dampak Serangan
Meski otoritas belum merilis data resmi jumlah korban, laporan dari media lokal mengungkapkan sisi kelam dari kejadian ini. Diduga, setidaknya tujuh anggota pasukan pengawal presiden (Paspampres) yang berada dalam konvoi tewas akibat ledakan tersebut. Selain itu, beberapa warga sipil yang tak sengaja berada di lokasi kejadian dilaporkan mengalami luka-luka. Penasihat Keamanan Nasional Somalia, Hussien Sheikh Ali, memastikan bahwa Mohamud tidak mengalami cedera dan tetap menjalankan tugasnya seperti biasa.
Menurut pemerintah, serangan ini mencerminkan keputusasaan Al Shabaab yang terus menerus menderita kekalahan di tangan Tentara Nasional Somalia. Kementerian Informasi menyebut aksi tersebut sebagai “tindakan pengecut” yang tidak hanya mengancam nyawa presiden, tetapi juga merenggut jiwa warga sipil tak berdosa.
Gelombang Kecaman dari Dunia Arab
Percobaan pembunuhan ini memicu reaksi keras dari berbagai negara dan organisasi internasional, khususnya di kawasan Arab. Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Mohamed bin Zayed, langsung menghubungi Mohamud pada Rabu, 19 Maret 2025, untuk memastikan kondisinya. Ia juga menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban serta doa agar para korban luka segera pulih.
Kementerian Luar Negeri Qatar menegaskan sikapnya yang anti-kekerasan dan terorisme, sembari menyampaikan simpati kepada rakyat Somalia. Juru bicara Kemlu Yordania, Sufyan Qudah, dengan lantang mengutuk kekerasan politik, terutama yang menyasar tokoh publik. Sementara itu, Mesir menolak segala bentuk terorisme yang mengancam stabilitas Somalia, diikuti oleh Arab Saudi yang menunjukkan solidaritas kuat terhadap negara tersebut.
Kementerian Luar Negeri Palestina juga tak tinggal diam, mengeluarkan kecaman keras atas insiden ini. Liga Arab menyebut serangan tersebut sebagai “serangan terang-terangan” dan menegaskan dukungan penuh untuk Somalia dalam menghadapi terorisme. Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Hissein Brahim Taha, bahkan melabeli aksi ini sebagai “tindakan keji,” seraya menegaskan solidaritas OKI dengan upaya Somalia memerangi ekstremisme.
Somalia di Tengah Ancaman Teror
Serangan ini sekali lagi menyoroti tantangan keamanan yang dihadapi Somalia, di mana Al Shabaab terus berupaya mengacaukan stabilitas negara. Meski demikian, kegagalan mereka dalam membunuh Presiden Mohamud menunjukkan ketangguhan pemerintah dan pasukan keamanan dalam menghadapi ancaman. Dengan dukungan luas dari komunitas internasional, Somalia tampaknya semakin mantap melangkah untuk menumpas kelompok militan tersebut.
Kejadian ini tak hanya menjadi berita utama di Somalia, tetapi juga mengundang perhatian dunia akan pentingnya kerja sama global dalam melawan terorisme. Bagaimana langkah Somalia ke depan? Waktu yang akan menjawab.