JAKARTA– Final Copa del Rey 2025 antara Barcelona dan Real Madrid tak hanya mempertaruhkan trofi bergengsi, tetapi juga menjadi momen krusial bagi masa depan Carlo Ancelotti.
Setelah kalah dramatis 2-3 lewat gol Jules Kounde di extra time, masa depan pelatih asal Italia itu di Santiago Bernabeu kini berada di ujung tanduk.
Pertandingan sarat gengsi ini memperlihatkan perjuangan luar biasa. Barcelona membuka skor melalui Pedri sebelum Real Madrid membalas lewat gol Kylian Mbappé dan sundulan Aurelien Tchouameni.
Ferran Torres menyamakan kedudukan, namun akhirnya Kounde mengunci kemenangan untuk Blaugrana.
Kekalahan ini mempertegas spekulasi bahwa laga tersebut mungkin menjadi Clasico terakhir Ancelotti bersama Real Madrid.
Sentuhan Emosional Ancelotti di Final
Seperti diwartakan media Italia, Calciomercato, Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti menjalani final ini dengan intensitas emosional yang luar biasa.
Setiap momen di pinggir lapangan mencerminkan betapa besarnya arti laga ini bagi dirinya.
Mulai dari diskusi dengan Jude Bellingham, protes keras kepada wasit Ricardo De Burgos Bengoetxea yang memberinya kartu kuning, hingga gestur tegas kepada para pemainnya.
Semua menunjukkan semangat seorang pelatih yang tahu betul ini bisa jadi penampilan terakhirnya.
Tak hanya itu, interaksi hangatnya dengan Hansi Flick, arahan kepada Kylian Mbappé, hingga momen emosional bersama putranya, Davide Ancelotti, mempertegas bahwa pertandingan ini lebih dari sekadar final.
Ini adalah babak akhir dari sebuah era di Madrid.
Jalan Terbuka Menuju Brasil
Masa depan Ancelotti kini hampir pasti menuju ke arah baru: membesut Timnas Brasil.
Spekulasi semakin menguat setelah kegagalan Dorival Junior di Copa America.
Kontak antara Ancelotti dan Federasi Sepak Bola Brasil dikabarkan intens, memperbesar peluangnya menjadi pelatih pertama asal Eropa yang menukangi Seleção dalam dekade terakhir.
Jika terealisasi, Ancelotti akan memiliki misi mengembalikan kejayaan sepak bola Brasil sekaligus terus membina bintang muda Real Madrid, Vinicius Jr.
Namun, keputusan akhir tetap ada di tangan Florentino Perez, presiden Real Madrid yang dikenal perfeksionis.
Pilihan ini akan menentukan arah klub dalam menghadapi era baru, termasuk persiapan menuju Piala Dunia Antarklub mendatang.
Laga Penentu dan Simfoni Terakhir
Sebelum melambaikan tangan perpisahan, Ancelotti masih memiliki satu peluang besar: mempersembahkan gelar La Liga untuk Real Madrid.
Dengan lima laga tersisa, termasuk Clasico terakhir pada 11 Mei, Los Blancos masih berpeluang menyalip Barcelona yang kini memimpin klasemen.
Pertandingan melawan Celta Vigo, Mallorca, Sevilla, dan Real Sociedad akan menjadi jalan terjal yang harus dilewati.
Jika Real Madrid mampu memaksimalkan semua peluang, Ancelotti bisa mengakhiri perjalanannya dengan sebuah mahakarya – mengangkat trofi La Liga sebelum membuka babak baru dalam karier legendarisnya.***