JAKARTA – Surabaya, kota pahlawan yang kini menjadi salah satu pusat ekonomi dan budaya di Indonesia, ternyata memiliki akar sejarah yang dramatis. Pada tanggal 31 Mei 1293, cikal bakal kota ini lahir dari peristiwa heroik yang melibatkan serangan Mongol dan keberanian Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Awal Mula dari Serangan Mongol
Pada akhir abad ke-13, Kekaisaran Mongol di bawah Kubilai Khan mencoba memperluas kekuasaannya hingga ke Nusantara. Kerajaan Singasari, yang saat itu dipimpin oleh Raja Kertanegara, menjadi sasaran. Menurut catatan sejarah, Kertanegara menolak tunduk kepada Mongol dan bahkan menghina utusan mereka dengan memotong telinga salah satu duta. Tindakan ini memicu kemarahan Kubilai Khan, yang kemudian mengirimkan armada besar untuk menyerang Jawa pada tahun 1293.
Namun, nasib berkata lain. Ketika pasukan Mongol tiba, Kerajaan Singasari sudah berada dalam kekacauan akibat pemberontakan Jayakatwang, bupati Gelang-Gelang, yang menggulingkan Kertanegara. Di tengah situasi ini, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, muncul sebagai tokoh kunci. Dengan kecerdikannya, ia memanfaatkan kehadiran Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang sebelum akhirnya mengusir pasukan Mongol dari Jawa.
Lahirnya Surabaya dari Pertempuran
Nama Surabaya pertama kali muncul dari peristiwa bersejarah ini. Menurut legenda, pertempuran sengit terjadi di wilayah yang kini dikenal sebagai Surabaya. Nama kota ini diambil dari kata “sura” (berani) dan “baya” (bahaya), yang menggambarkan keberanian Raden Wijaya menghadapi ancaman besar. Ada pula mitos yang menyebutkan nama Surabaya terinspirasi dari perjuangan antara “sura” (ikan hiu) dan “baya” (buaya), simbol kekuatan dan keberanian.
Surabaya lahir dari semangat perlawanan dan kecerdikan, sebuah cerminan jiwa pahlawan yang terus hidup hingga kini, kata sejarawan Universitas Airlangga, Dr. Adrian Perkasa, dalam wawancaranya.
Setelah mengalahkan Jayakatwang dan mengusir Mongol, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada 10 November 1293. Desa kecil di muara Sungai Kalimas, tempat pertempuran berlangsung, menjadi cikal bakal Kota Surabaya. Lokasi ini strategis karena berada di jalur perdagangan maritim, yang kemudian menjadikan Surabaya sebagai pelabuhan penting di Nusantara.
Surabaya: Dari Desa Kecil ke Kota Pahlawan
Perjalanan Surabaya dari sebuah desa kecil menjadi kota metropolitan penuh makna sejarah tidak lepas dari peristiwa 31 Mei 1293. Keberanian Raden Wijaya tidak hanya melahirkan Majapahit, tetapi juga menanamkan semangat juang yang menjadi identitas Surabaya. Kota ini terus berkembang sebagai pusat perdagangan, budaya, dan perjuangan, terutama saat perang kemerdekaan melawan Belanda pada 1945.
Hari ini, Surabaya dikenal sebagai kota yang dinamis dengan warisan sejarah yang kaya. Dari Tugu Pahlawan hingga Jembatan Merah, setiap sudut kota ini menyimpan cerita tentang keberanian dan ketangguhan. Peristiwa 31 Mei 1293 menjadi pengingat bahwa Surabaya bukan sekadar nama, melainkan simbol perjuangan yang abadi.
Menelusuri sejarah Surabaya bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga memahami identitas bangsa. Kisah heroik Raden Wijaya mengajarkan bahwa kecerdikan dan keberanian dapat mengubah nasib sebuah bangsa. Bagi warga Surabaya, tanggal 31 Mei adalah momen untuk merayakan akar sejarah yang telah membentuk kota ini menjadi seperti sekarang.
Jadi, setiap kali Anda melintasi Sungai Kalimas atau melihat lambang ikan hiu dan buaya di emblem Kota Surabaya, ingatlah kisah epik di baliknya. Surabaya bukan hanya kota, tetapi warisan keberanian yang terus hidup dalam setiap denyut kehidupannya.