JAKARTA – Israel menyepakati perpanjangan sementara gencatan senjata di Gaza selama enam minggu ke depan, mencakup periode Ramadan dan Paskah.
Pengumuman ini disampaikan oleh Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tak lama setelah fase pertama gencatan senjata berakhir pada tengah malam Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini diambil berdasarkan usulan dari utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Steve Witkoff.
Menurut pernyataan resmi Kantor Netanyahu, separuh dari sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza—baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal—akan dibebaskan pada hari pertama perpanjangan gencatan senjata. Sementara itu, sandera yang tersisa akan dibebaskan jika kesepakatan tentang gencatan senjata permanen tercapai.
Namun, Hamas menyatakan pada Jumat malam, 28 Februari 2025, bahwa mereka tidak akan menyetujui perpanjangan fase pertama tanpa jaminan dari mediator Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir bahwa fase kedua gencatan senjata akan terlaksana.
Perundingan Fase Kedu, Upaya Mencapai Kesepakatan Menyeluruh
Pembicaraan mengenai fase kedua gencatan senjata bertujuan untuk menegosiasikan akhir konflik di Gaza secara menyeluruh. Hal ini mencakup pengembalian semua tawanan yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah tersebut. Menurut data Israel, terdapat 59 tawanan yang masih berada di Gaza, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.
Dalam usulan yang diajukan oleh Steve Witkoff, disebutkan bahwa perang antara Israel dan Hamas dapat kembali pecah setelah 42 hari jika negosiasi pada tahap kedua dinilai gagal. Hal ini menambah tekanan pada para pihak untuk mencapai kesepakatan yang berkelanjutan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan bahwa hari-hari mendatang sangat kritis bagi keberhasilan perundingan fase kedua.
“Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera harus dipatuhi. Para pihak harus berusaha keras untuk menghindari kegagalan kesepakatan ini,” ujar Guterres di markas besar PBB di New York, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.
Fase Pertama Gencatan Senjata, Capaian dan Tantangan
Gencatan senjata tahap pertama, yang dimulai pada 19 Januari 2025, berhasil menghentikan pertempuran selama 15 bulan antara Hamas dan militer Israel.
Fase ini memungkinkan pembebasan 33 sandera Israel dan lima sandera Thailand, serta sekitar 1.900 tahanan Palestina. Namun, negosiasi pada tahap kedua—yang mencakup pembebasan semua sandera yang masih hidup dan penarikan pasukan Israel dari Gaza—baru saja dimulai.
Diperkirakan terdapat 24 sandera yang masih hidup, sementara 39 lainnya diyakini telah meninggal. Situasi ini menambah kompleksitas upaya mencapai kesepakatan yang berkelanjutan.
Latar Belakang Konflik, Serangan Hamas dan Respons Israel
Konflik ini berawal dari serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Israel merespons dengan operasi udara dan darat di Jalur Gaza, yang menurut kementerian kesehatan setempat—yang dikelola Hamas—telah menewaskan setidaknya 48.365 orang.
Masa Depan Gencatan Senjata, Harapan dan Ketidakpastian
Dengan perpanjangan gencatan senjata selama enam minggu, harapan untuk perdamaian jangka panjang di Gaza semakin besar. Namun, ketidakpastian mengenai keberhasilan fase kedua dan potensi kembalinya konflik masih menjadi tantangan besar. Semua pihak diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencapai solusi yang berkelanjutan dan mengakhiri penderitaan warga sipil di kedua belah pihak.