WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi nasional AS pada Sabtu (1/3).
Keputusan ini mencabut kebijakan era Presiden Bill Clinton yang mewajibkan lembaga federal dan penerima dana pemerintah menyediakan layanan bahasa bagi penutur non-Inggris.
Trump menegaskan bahwa bahasa Inggris telah menjadi bagian dari identitas nasional AS sejak awal berdirinya negara tersebut.
“Berbahasa Inggris tak hanya membuka peluang baru secara ekonomi, namun juga membantu pendatang baru menjalin hubungan dengan komunitasnya, berpartisipasi dalam tradisi nasional, dan berkontribusi bagi masyarakat,” ujarnya.
Namun, kebijakan ini menuai kekhawatiran dari kelompok advokasi masyarakat, yang menilai aturan baru dapat berdampak negatif terhadap komunitas imigran dan mereka yang masih mempelajari bahasa Inggris.
Di sisi lain, Trump menyatakan bahwa keputusan ini bertujuan memperkuat persatuan nasional, memastikan keseragaman dalam layanan pemerintah, serta mendukung keterlibatan sosial masyarakat.
“Menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi tak hanya memudahkan komunikasi namun juga menguatkan nilai-nilai nasional yang dijunjung bersama dan menciptakan masyarakat yang lebih kohesif dan efisien,” tambahnya.
Kebijakan ini juga sejalan dengan langkah Trump dalam memperketat kebijakan imigrasi.
Hanya beberapa jam setelah dilantik pada 20 Januari lalu, ia memerintahkan penghentian layanan situs dan media sosial Gedung Putih dalam bahasa Spanyol.
Bahasa Spanyol merupakan bahasa terbesar kedua di AS, mencerminkan besarnya komunitas Latin di negara tersebut. Data Biro Sensus AS tahun 2022 menunjukkan bahwa 62 persen penduduk yang berbicara bahasa selain Inggris di rumah menggunakan bahasa Spanyol.
Penetapan bahasa resmi ini berlangsung di tengah kebijakan keras Trump terhadap migrasi, yang telah menyebabkan deportasi ribuan imigran asal Amerika Latin.
Sebelumnya, dalam kampanye Pilpres 2024, Trump bahkan mencemooh penutur bahasa non-Inggris dan menuding imigran yang tidak berbicara bahasa Inggris sebagai kelompok yang “diterjunkan” ke masyarakat AS.