JAKARTA – Kurs rupiah pada penutupan akhir pekan ini, Jumat (31/01/2025) masih melemah terhadap dolar AS.
Pada perdagangan hari ini, dolar AS tak cuma membuat kurs rupiah tidak berdaya, tapi juga menghantam sebagian besar mata uang regional. Pelemahan paling parah terjadi pada ringgit Malaysia.
Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah pada penutupan hari ini berada di level Rp16.304 per dolar AS, turun 48,50 poin (0,30 persen).
Pelemahan rapiah ini masih lebih baik dibandingkan mata uang tetangga ringgit Malaysia, turun tajam 1,45 persen.
Disusul won Korea turun 0,67 persen, dolar Singapura turun 0,30 persen dan yen Jepang turun 0,24 persen, peso Filipina turun 0,09 persen dan yuan China melemah 0,05 persen.
Tercatat hanya dua mata uang yang tidak tergoyahkan yakni dolar Taiwan menguat sebesar 0,29 persen dan rupee India naik 0,01 persen.
Sebelumnya, pengamat forex Ibrahim Assuaibi memprediksi pelemahan rupiah akan terus berlanjut.
Dia memperkirakan bahwa rupiah akan mengalami fluktuasi, tetapi ditutup melemah di kisaran Rp16.240-Rp16.300 per dolar AS pada hari ini.
Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan menguatnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim, pergerakan kurs dipengaruhi oleh sentimen investor terhadap kebijakan bank sentral AS, yakni Federal Reserve atau The Fed.
Pada 30 Januari 2025, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25% – 4,5%. Namun, investor masih mencermati sentimen hawkish, yakni proyeksi bahwa suku bunga akan tetap tinggi berdasarkan hasil pertemuan tersebut.
Ibrahim menilai bahwa keputusan mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan bahwa The Fed cenderung menahan kebijakan untuk sementara waktu.
“Mereka menunggu perkembangan inflasi lebih lanjut, data ketenagakerjaan, serta kejelasan dampak kebijakan Presiden Donald Trump,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Kamis (31/1/2025).
Pejabat The Fed juga menegaskan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat hingga ada keyakinan lebih kuat bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2%.
Sementara, mata uang Asia turut mengalami tekanan akibat ketidakpastian kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump yang diperkirakan bakal memberlakukan tarif 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko mulai akhir pekan ini.***