SUBANG – Bencana tanah longsor menghantam Kampung Babakan Randu, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Jumat (11/4/2025) sore.
Hujan deras yang mengguyur wilayah itu memicu longsoran dahsyat di kawasan perbukitan, meninggalkan duka mendalam bagi warga setempat.
Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), longsor pertama terjadi dengan skala besar, memiliki tinggi 200 meter dan lebar 20 meter. Tak lama berselang, longsor susulan yang lebih besar dengan tinggi 250 meter dan lebar 40 meter kembali mengguncang area tersebut.
“Kondisi tanah yang labil dan curah hujan ekstrem menjadi pemicu utama bencana ini,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
Tragedi ini menelan satu korban jiwa yang hingga kini masih dalam pencarian. Bapak Rafik (55), seorang warga setempat, dilaporkan hilang tertimbun material longsor saat sedang memperbaiki pipa saluran air.
“Kami terus berupaya maksimal untuk menemukan korban,” kata petugas di lapangan.
Respons Cepat Tim Penyelamat Bencana Tanah Longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang langsung bergerak sejak laporan diterima. Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, hingga relawan masyarakat seperti Destana Ciater dan Nirbaya Subang, bahu-membahu menangani bencana. Satu unit ekskavator dikerahkan untuk membersihkan tumpukan material, sementara Tim SAR menyisir area longsoran dan jalur sungai untuk mencari tanda-tanda keberadaan Rafik.
Puskesmas Sagalaherang serta warga kecamatan setempat juga turut andil dalam upaya penanganan darurat. Hingga Minggu (13/4/2025) pukul 09.30 WIB, operasi pencarian masih berlangsung intensif dengan koordinasi lintas sektor yang terus diperkuat.
Imbauan Waspada untuk Warga
BNPB mengingatkan masyarakat khususnya di wilayah rawan longsor, untuk meningkatkan kewaspadaan saat musim hujan.
“Jika hujan deras berlangsung lebih dari satu jam, segera cari tempat aman. Perhatikan tanda-tanda longsor seperti retakan tanah atau suara gemuruh dari lereng,” tegas Abdul Muhari.
Bencana ini menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman alam, terutama di tengah cuaca ekstrem yang kian sulit diprediksi. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari pihak berwenang guna menjaga keselamatan bersama.