ACEH — Pemerintah menggencarkan intervensi kesehatan pada calon pengantin (Catin) sebagai bagian strategi memutus mata rantai stunting sejak tahap awal. Langkah ini dipandang sebagai salah satu upaya paling efektif dalam rangka pencegahan stunting melalui 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) sekaligus Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menyampaikan hal tersebut saat meninjau langsung pelayanan kesehatan dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) bagi Catin dan Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (8/10/2025).
Menurut Wamen Isyana, pemeriksaan seperti pengukuran LILA dan tes hemoglobin (HB) sangat krusial untuk mencegah kekurangan energi kronis serta anemia pada calon ibu. “Ibu hamil dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm berisiko kekurangan energi kronis. Hemoglobin di bawah 12 perlu diintervensi dengan tablet tambah darah agar ibu tidak anemia dan anak lahir sehat,” ujarnya.
Dalam pidatonya, Wamen Isyana juga mengingatkan empat risiko yang dikenal sebagai 4T yakni terlalu muda menikah, terlalu tua melahirkan, jarak kelahiran terlalu dekat, dan memiliki terlalu banyak anak. Keempatnya harus dihindari dalam rangka mencegah stunting dan menjaga kesehatan ibu dan anak.
Dia meminta tim pendamping keluarga (TPK) untuk terus mendampingi masyarakat agar memahami konsep 4T serta pentingnya penataan usia dan jarak kehamilan. “Pengaturan jarak kelahiran dianjurkan dengan menggunakan kontrasepsi setelah anak pertama lahir,” tambah Wamen.
Lebih lanjut, Wamen Isyana menggarisbawahi bahwa usia ideal bagi perempuan untuk menikah dan melahirkan adalah di atas 21 tahun agar panggul berkembang optimal. Sedangkan menikah di bawah usia 20 tahun atau melahirkan di atas usia 40 tahun tidak disarankan.
Strategi Pemerintah: Stunting Masuk dalam Asta Cita Ke-4
Pencegahan stunting bukan sekadar program kesehatan semata, melainkan menjadi bagian dari visi pembangunan nasional. Stunting telah dimasukkan dalam Asta Cita ke-4 Presiden Prabowo–Gibran, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia melalui sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan gender. ([stunting.go.id][1])
Dalam strategi nasional 2025–2029, pemerintah menargetkan prevalensi stunting nasional turun hingga 14,4 % pada 2029 dan 5 % pada 2045. ([stunting.go.id][1])
Optimisme dan Tantangan di Lapangan
Intervensi kesehatan pranikah bagi Catin sebagai pendekatan **hulu** diyakini mampu menekan angka stunting yang sebagian besar bermula dari kondisi gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Namun kenyataannya, koordinasi lintas sektor, cakupan layanan di daerah terpencil, dan kekuatan edukasi masyarakat tetap menjadi tantangan serius.




