JABAR – Arus mudik Lebaran 2025 di jalur Pantura Indramayu memicu kemacetan parah, menyulitkan warga lokal menyeberang jalan. Rekayasa lalu lintas seperti contra flow, one way, dan penutupan U-Turn memperburuk situasi. Sebagai solusi, warga membangun jalan darurat di bawah jembatan untuk memudahkan perpindahan jalur.
Jalan Darurat dari Bambu & Kayu, Pengendara Harus Menunduk
Di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, warga memanfaatkan area bawah Jembatan Maja untuk membuat akses alternatif. Jalan darurat ini terbuat dari susunan bambu dan kayu dengan ketinggian hanya 1,5–2 meter, memaksa pengendara motor menunduk agar tidak terbentur pipa atau konstruksi jembatan.
“Kami terpaksa pakai jalan ini karena U-Turn resmi jaraknya 3–5 kilometer, sedangkan yang dekat ditutup petugas untuk antisipasi kecelakaan,” ujar Panji, salah satu pengendara.
Dibangun Swadaya, Beroperasi Hingga Puncak Arus Balik
Yana Suryana, penjaga jalan darurat sekaligus warga setempat, menjelaskan bahwa pembangunan dilakukan secara gotong royong sejak H-10 Lebaran.
“Ini upaya kami membantu pengendara lokal yang kesulitan putar arah akibat penutupan U-Turn,” jelasnya.
Jalan ini akan tetap berfungsi hingga H+7 Lebaran atau sampai arus lalu lintas normal. Meski tidak dipungut biaya, pengguna sering memberikan sumbangan sukarela Rp1.000–Rp5.000.
“Pendapatan penjaga jalan bisa capai Rp1–2 juta per hari,”tambah Yana.
Setelah mudik usai, jalan darurat ini akan dibongkar.
Solusi Kreatif Warga Atasi Dampak Macet Mudik
Keberadaan jalan darurat ini menjadi bukti inisiatif warga menghadapi dampak arus mudik. Meski sederhana, akses ini membantu mengurangi beban warga yang harus menempuh jarak jauh hanya untuk putar arah.