JAKARTA – Sebanyak tujuh tentara Israel tewas mengenaskan setelah kendaraan lapis baja mereka disergap dan dibakar oleh pejuang Palestina di Khan Younis, Gaza, Selasa (24/6/2025).
Insiden tragis ini kembali membuka luka mendalam di tubuh militer Israel, terutama karena seluruh korban tidak sempat diselamatkan sebelum kendaraan mereka hangus terbakar.
Sumber militer Israel mengonfirmasi bahwa pasukan yang gugur berasal dari Batalion Teknik Tempur 605.
Salah satunya, Sersan Mayor Alon Davidov (21), bertugas sebagai tenaga medis. Para prajurit tewas seketika saat kendaraan lapis baja Puma milik mereka meledak dan dilalap api usai disusupi bahan peledak oleh pejuang Palestina.
Media dan pengamat militer di Israel menyebut kejadian ini sebagai “bencana memalukan” yang menuntut evaluasi menyeluruh atas operasi Israel Defense Forces (IDF) di Jalur Gaza.
Rekaman dramatis yang dirilis oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam—sayap militer Hamas—menampilkan momen pejuang Palestina berhasil menyusup ke dekat kendaraan jenis Puma, lalu meletakkan bahan peledak ke dalamnya.
Beberapa media Israel menyebut, tindakan itu mengejutkan, mengingat APC tersebut seharusnya berada dalam pengawasan ketat. Serangan itu mencederai reputasi pasukan elit Divisi ke-36 dan menimbulkan sorotan tajam terhadap keamanan dan taktik tempur IDF.
Menurut laporan Al Jazeera yang dikutip Kamis (26/6/2025), seorang perwira senior Israel menyebut bahwa apa yang terjadi di Gaza bukan hanya tragedi, tetapi juga pengingat pahit tentang betapa rapuhnya sistem pertahanan Israel saat ini.
“Rekaman yang disiarkan oleh Brigade Al-Qassam memalukan dan tidak menghormati tentara,” katanya, menegaskan ketimpangan antara klaim IDF dan realitas di lapangan.
Kekacauan Operasi dan Kegagalan Identifikasi
Radio militer Israel menyebut bahwa laporan pertama terkait insiden tersebut diterima pukul 17.30 waktu setempat. Kendaraan lapis baja Puma milik satuan teknik tempur tiba-tiba meledak dan terbakar hebat di Khan Younis.
Dugaan awal menyatakan seorang pejuang Palestina berhasil mendekat dan menanamkan alat peledak langsung ke dalam kendaraan.
Upaya penyelamatan pun berlangsung kacau. Petugas pemadam kebakaran militer gagal menjinakkan kobaran api.
Bahkan, ketika buldoser D9 dikerahkan dan pasir ditumpahkan untuk menutup kendaraan, api tetap melahap seluruh isi dalamnya.
Dalam kondisi putus asa, militer Israel akhirnya menarik kendaraan yang masih terbakar keluar dari Gaza menuju Jalan Salah al-Din—dengan ketujuh jenazah prajurit masih di dalamnya.
Setibanya di wilayah Israel, baru diketahui bahwa tidak ada satu pun dari ketujuh tentara tersebut yang selamat. Proses identifikasi korban pun memakan waktu berjam-jam.
Media setempat menyebut ini sebagai salah satu operasi penyelamatan yang paling gagal dalam beberapa bulan terakhir.
Kritik Tajam dari Elite Politik dan Media Israel
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Eyal Zamir, mengakui bahwa pasukannya menghadapi tantangan besar dan mengatakan bahwa perang belum usai.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama tetap mengembalikan para sandera dan menghancurkan infrastruktur Hamas.
Namun, Presiden Israel Isaac Herzog dan tokoh oposisi Yair Lapid sama-sama mengungkapkan kekecewaan mereka atas tragedi ini. “Ini adalah pagi yang sangat sulit, sebuah bencana besar,” ujar Lapid.
Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa jenazah ketujuh tentara baru bisa diidentifikasi setelah kendaraan tiba di pangkalan militer Israel.
Sementara itu, helikopter evakuasi kembali dalam keadaan kosong setelah tidak mampu menjangkau lokasi karena pertempuran yang masih berlangsung.
Sumber media lainnya mengabarkan bahwa sedikitnya 16 tentara lainnya mengalami luka-luka dalam rangkaian penyergapan yang dijuluki sebagai “insiden paling mematikan” selama konflik berlangsung.
Serangan Terkoordinasi dari Dua Faksi Perlawanan
Bukan hanya Al-Qassam yang mengklaim keberhasilan operasi. Saraya al-Quds, sayap militer Jihad Islam, juga mengumumkan pihaknya berhasil menghancurkan tank Merkava milik Israel di Abasan al-Kabira, wilayah timur Khan Younis.
Serangan ini disebut sebagai bentuk koordinasi kompleks antara faksi-faksi perlawanan Palestina untuk mengganggu logistik dan strategi Israel di Gaza selatan.
Al-Qassam juga merilis rekaman penyergapan ganda terhadap dua APC Israel, memperlihatkan bahwa serangan dilakukan dengan pengintaian cermat dan eksekusi cepat.
Helikopter militer Israel yang dikerahkan untuk mengevakuasi korban juga menjadi sasaran tembakan.
Simbol Perlawanan dan Ketangguhan di Tengah Blokade
Menurut analis politik Palestina Saeed Ziadeh, kendaraan tempur Puma yang hancur dalam insiden itu merupakan simbol dominasi teknik tempur Israel.
Dengan kapasitas angkut delapan prajurit dan peralatan berat, kendaraan tersebut sejatinya dirancang untuk bertahan dalam kondisi ekstrem.
Namun kenyataan di Khan Younis memperlihatkan bahwa teknologi canggih tidak serta-merta menjamin kekebalan terhadap taktik gerilya.
Penulis Yasser al-Zaatara bahkan menyebut hari itu sebagai “hari kelam bagi para penjajah.” Ia menilai keberhasilan perlawanan Palestina menandai ketangguhan luar biasa dalam menghadapi kekuatan militer superior.***
Gaza Kembali Jadi Pusat Medan Tempur
Insiden ini terjadi di tengah upaya Israel untuk kembali memusatkan operasi ke Gaza setelah ketegangan dengan Iran mereda.
Meski telah lebih dari 600 hari berlalu sejak kampanye militer Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, serangan balasan dari kelompok perlawanan tak kunjung surut.
Penyergapan berdarah di Khan Younis menjadi pengingat bahwa Gaza masih menjadi ladang ujian bagi kekuatan militer Israel—dan bahwa semangat perlawanan Palestina belum padam, bahkan semakin membara di tengah blokade dan agresi tanpa henti.***