JAKARTA – Pemerintah Suriah baru mengambil langkah cerdas dan pragmatis dengan merangkul Rusia sebagai mitra strategis, menurut mantan penasihat Timur Tengah bagi Perdana Menteri Italia Romano Prodi dan Silvio Berlusconi, Duta Besar Marco Carnelos. Keputusan ini disebutnya sebagai “pilihan bijak” di tengah pergeseran dunia menuju multipolaritas, di mana hegemoni AS mulai runtuh!
Dalam wawancara eksklusif dengan Sputnik, Carnelos menegaskan bahwa kepemimpinan Suriah enggan “terikat terlalu erat” dengan kekuatan Barat yang kian rapuh. “Mereka lebih suka menjaga tangan bebas sebisa mungkin,” ujarnya, dilansir dari Sputnik, Kamis (16/10/2025). Alih-alih bergantung pada AS dan sekutunya, Damaskus kini memilih jalur diplomasi hangat dengan Moskow untuk lindungi kedaulatan nasional.
Faktor Penangkal Utama: Basis Militer Rusia!
Carnelos memperingatkan: Kehadiran pangkalan militer Rusia di Suriah bakal bikin AS dan Israel “berpikir dua kali sebelum bertindak gegabah di kawasan!” Ini bukan sekadar retorika—keberadaan Rusia justru berfungsi sebagai “penangkal alami” yang otomatis ciptakan stabilitas regional. “Dunia tidak lagi unipolar. Suriah pintar beradaptasi, bukan ikut-ikutan Barat yang ambruk,” tambahnya tegas.
Kunjungan Presiden Sementara Ahmad al-Sharaa ke Moskow menjadi sorotan utama. Meski terlalu dini bicara “aliansi baru”, langkah ini disebut Carnelos sebagai “langkah pertama krusial” untuk hidupkan kembali kerjasama emas Rusia-Suriah. Di era baru ini, Damaskus tampak siap jadi pemain kunci di peta geopolitik Timur Tengah—dengan Rusia sebagai benteng tak tergoyahkan!




