BANTEN – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membuka cerita di balik Proyek LOTE Chemical Indonesia New 80 Line, pabrik petrokimia terbesar se-Asia Tenggara yang nilainya melonjak dari Rp3,9 miliar menjadi Rp63-64 triliun akibat cost overrun.
“Proyek ini terbesar di Asia Tenggara. Ada LOTE di Malaysia, tapi di sini yang paling besar,” ujar Bahlil.
Proyek ini menghadapi tantangan berat sejak awal konstruksi pada 2022, termasuk sengketa lahan seluas 2,3 hektare yang berhasil diselesaikan melalui Satgas Silirisasi. Pandemi COVID-19 hampir menghentikan proyek ini antara 2020-2022, tetapi komitmen investor tetap terjaga.
Dengan kapasitas produksi 15 jenis bahan kimia dasar, Proyek LOTE membuktikan keberhasilan hilirisasi migas. Sebelumnya Indonesia harus mengimpor bahan-bahan ini, tetapi kini pabrik mampu memenuhi 70% kebutuhan domestik untuk industri hilir seperti peralatan medis, ban, dan kabel listrik, sekaligus menciptakan 40 ribu lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
Bahlil juga menyoroti pencapaian teknis dan strategis proyek ini: 1,2 juta ton LPG dan 2 juta ton nafta berhasil diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Pabrik ini menjadi pabrik petrokimia terpadu kedua dalam 30 tahun terakhir setelah era Orde Baru.
Percepatan proyek tidak lepas dari peran Satgas Silirisasi dan Kendali Energi. Pada 2024, progres proyek baru mencapai 60-65%.
Setelah arahan tegas dari pemerintah, proyek berhasil beroperasi penuh pada Oktober 2025 dengan puncak tenaga kerja konstruksi mencapai 17 ribu orang. Rencana ekspansi di 40 hektare lahan tersisa dari total 110 hektare juga diproyeksikan menarik investasi tambahan.
Bahlil menegaskan, LOTE bukan sekadar proyek ekonomi, tetapi strategi nasional untuk kedaulatan energi dan penguatan rantai pasok ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Bersama Menteri Investasi Rosan, Bahlil telah menyerahkan 18 proyek hilirisasi senilai Rp300 triliun, termasuk baterai EV, kabel, dan plastik otomotif.
“Rantai pasok ekosistem mobil listrik dan baterai mobil listrik sudah berada di Indonesia,” tutupnya.
Proyek ini membuka jalan hilirisasi lintas sektor mineral, migas, hingga energi baru menjadi agenda besar untuk membangun ekonomi berdaulat dan berkelanjutan.




