SANAA, YAMAN – Serangan udara Amerika Serikat (AS) di Terminal Bahan Bakar Ras Isa, Yaman, menewaskan sedikitnya 74 orang dan melukai 171 lainnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Houthi. Serangan ini disebut sebagai yang paling mematikan sejak AS memulai ofensif terhadap kelompok Houthi tahun lalu.
Presiden AS Donald Trump dikabarkan memerintahkan peningkatan serangan bulan lalu sebagai bagian dari operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak ia menjabat pada Januari 2025. Washington menyatakan akan terus menarget Houthi yang didukung Iran sampai kelompok itu menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Korban Jiwa dan Respons Houthi
Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees al-Asbahi, mengonfirmasi bahwa korban terus bertambah seiring upaya penyelamatan.
“Tim masih mencari korban di reruntuhan. Angka kematian bisa meningkat,” kata al-Asbahi.
Di antara korban tewas adalah pekerja Safer Oil Company dan Yemen Petroleum Company, yang mengelola distribusi bahan bakar di pelabuhan tersebut.
AS Klaim Target Militer, Houthi Sebut Pembantaian Warga Sipil
Militer AS membenarkan serangan itu, menyatakan tujuannya adalah “memutus pasokan bahan bakar untuk militan Houthi.”
“Kami menargetkan infrastruktur ekonomi yang mendanai aksi teror Houthi terhadap kapal internasional,” tulis Komando Pusat AS di X (Twitter).
Namun, sumber di Yaman menyebut pelabuhan itu juga digunakan untuk aktivitas sipil, termasuk impor bahan bakar yang vital bagi warga.
Pusat Ekonomi dan Militer Strategis
Terminal Ras Isa berjarak 35 mil dari Kota Hodeidah memiliki kapasitas penyimpanan 3 juta barel minyak dan menjadi sumber pendapatan utama bagi Houthi melalui pajak impor.
“Pelabuhan ini menghasilkan ratusan juta dolar per tahun untuk Houthi,” ujar seorang sumber lokal.
AS dan Israel sebelumnya pernah menyerang Ras Isa, menyebutnya sebagai pusat peluncuran drone dan rudal Houthi.
Eskalasi Konflik Laut Merah
Sejak November 2023, Houthi telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal-kapal yang dikaitkan dengan Israel di Laut Merah sebagai bentuk dukungan untuk Palestina.
Kelompok itu sempat berhenti menyerang saat gencatan senjata Gaza, tetapi ancaman serangan kembali mengemuka setelah Israel melanjutkan ofensif di Palestina.
Pada Maret 2025, serangan AS sebelumnya telah menewaskan 50 lebih warga Yaman, menurut pejabat Houthi.
Analis memprediksi konflik ini akan terus memanas seiring dukungan Iran terhadap Houthi dan ketegangan AS-Israel di kawasan.