JAKARTA– Aksi heroik Panglima Komando Operasi Khusus (Koops) Habema, Mayor Jenderal TNI Lucky Avianto, kembali menyita perhatian. Jenderal baret merah ini memimpin langsung operasi senyap di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, yang menewaskan 18 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Namun kiprah gemilang Lucky Avianto tak hanya di dalam negeri. Ia juga pernah mencetak prestasi internasional saat bertugas di Lebanon, ketika berhasil meredam ketegangan antara pasukan elite Israel dan militer Lebanon lewat diplomasi yang brilian.
Operasi Senyap di Papua Tewaskan 18 Anggota OPM
Dalam operasi gabungan Koops Habema yang melibatkan satuan elite dari tiga matra Kopassus, Kostrad, Marinir, dan Kopasgat Mayjen Lucky Avianto menunjukkan kepemimpinan dan keahlian strategi tempur tingkat tinggi. Operasi di hutan belantara Papua ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah penumpasan kelompok separatis, dengan 18 anggota OPM dilaporkan tewas di tempat.
“Keberhasilan ini menunjukkan sinergi luar biasa antara TNI dan Polri dalam menjaga keutuhan NKRI,” ungkap seorang sumber di lingkungan TNI, menyoroti pentingnya operasi yang terkoordinasi.
Sebagai Panglima Koops Habema, sekaligus Komandan Resimen Induk Kodam XII/Tanjungpura, Lucky dikenal sebagai ahli dalam perang hutan. Kepemimpinannya dalam operasi ini semakin mengukuhkan reputasi Kopassus sebagai pasukan elite sekaligus memperlihatkan komitmen tinggi TNI dalam menjaga stabilitas Papua.
Diplomasi di Lebanon: Redam Ketegangan Israel-Lebanon
Sebelum bertugas di Papua, Lucky Avianto pernah menjadi Komandan Satgas Indobatt Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL di Lebanon, sebuah misi perdamaian di bawah bendera PBB.
Dalam sebuah insiden memanas, pasukan Lebanon (LAF) dan Israel (IDF) berada di ambang baku tembak. Tiga personel IDF sudah mengambil posisi siap tembak ke arah patroli LAF. Di momen genting itu, Lucky Avianto dan pasukannya tampil sebagai penengah.
Dengan mengibarkan bendera PBB dan meneriakkan kata “peace” berulang kali, pasukan Indobatt berdiri di antara dua kubu yang sudah saling mengarahkan senjata. Negosiasi tegang yang dipimpin langsung oleh Lucky berhasil meredakan situasi hanya dalam waktu enam menit.
“Berkat kepemimpinan Letkol Inf Lucky Avianto saat itu, eskalasi konflik berhasil dicegah dan situasi kembali kondusif,” kata laporan resmi UNIFIL.
Tindakan cepat dan tepat itu mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk komunitas internasional, sebagai contoh luar biasa diplomasi militer di medan konflik.
Karier Cemerlang Sang Jenderal
Karier militer Lucky Avianto dipenuhi penugasan strategis, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai prajurit Kopassus, ia dikenal piawai dalam berbagai medan tempur mulai dari hutan lebat hingga konflik bersenjata di wilayah internasional.
Prestasinya di Lebanon menunjukkan ketajaman diplomasi, sementara keberhasilannya di Papua membuktikan keteguhan dan strategi tempurnya sebagai pemimpin militer sejati.
“Kopassus bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi juga kecerdasan dalam membaca situasi dan keberanian mengambil keputusan dalam tekanan,” ujar seorang analis militer.
Kopassus: Pasukan Elite yang Diakui Dunia
Kesuksesan Lucky Avianto juga tak lepas dari reputasi Kopassus, yang telah lama dikenal sebagai salah satu pasukan khusus terbaik di dunia. Pada 2008, Discovery Channel Military menempatkan Kopassus di posisi ketiga pasukan elite dunia, setelah SAS (Inggris) dan Mossad (Israel).
Prajurit Kopassus dilatih dalam berbagai teknik ekstrem—termasuk menyelam di kedalaman 17 meter, terjun bebas, hingga survival di hutan belantara—membentuk mereka menjadi pasukan yang siap menghadapi tantangan di segala kondisi.
Inspirasi dari Rimba Bumi Cenderawasih dalam Misi Perdamaian
Kisah Mayjen TNI Lucky Avianto adalah cerminan dari dedikasi, keberanian, dan kecerdasan seorang prajurit sejati. Dari rimba Papua hingga misi perdamaian di Timur Tengah, ia menunjukkan bahwa kekuatan seorang tentara bukan hanya di senjata, tapi juga di strategi dan kemampuan diplomasi.
Sosoknya menjadi kebanggaan bagi TNI dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia bahwa menjadi prajurit bukan sekadar bertempur, tapi juga menjaga perdamaian dunia.