Oleh: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA (Guru Besar UIN Jakarta)
JAKARTA – Tanggal 20 Mei 2025, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Momen bersejarah tentang perjuangan bangsa membangun eksistensi sebagai sebuah sovereign nation state. Negeri yang dalam eksistensi konstitusionalnya mengakomodasi nilai-nilai agama sebagai fondasi. Nah, zakat adalah salah satu amanah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang diperkuat dengan penerbitan UU Nomor 23 Tahun 2011 yang memberikan mandat kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai amil zakat negara.
Rukun Islam merupakan ajaran suci yang tidak hanya menyucikan harta, tetapi juga membersihkan hati dan memperkuat solidaritas antarmanusia. Di tengah dunia yang dilanda berbagai krisis—mulai dari bencana alam, konflik bersenjata, hingga krisis pangan dan kesehatan—zakat telah terbukti menjadi solusi nyata. Zakat bukan hanya ajaran spiritual, tetapi juga instrumen sosial yang ampuh.
Di Indonesia, peran BAZNAS dalam misi kemanusiaan menjadi bukti nyata bagaimana zakat dapat menjadi penyelamat. Melalui BAZNAS, zakat hadir dalam bentuk bantuan cepat bagi korban bencana, layanan kesehatan, penyaluran logistik, dan pemulihan ekonomi masyarakat. Ini bukan sekadar bantuan kemanusiaan, tetapi perwujudan nyata nilai-nilai Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.
Dari Myanmar hingga Palestina, dari Semeru hingga Sumedang
Peran BAZNAS dalam tanggap bencana terkini terlihat jelas dalam tragedi gempa Myanmar pada 28 Maret 2025. Lebih dari 3.000 jiwa melayang, ratusan ribu lainnya luka-luka. Hanya dalam waktu tiga hari, Tim BAZNAS yang tergabung dalam Tim Medis Darurat (EMT) Indonesia tiba di lokasi bencana. Selama hampir sebulan, mereka memberikan pelayanan medis kepada hampir 5.000 korban luka.
Namun Myanmar bukan satu-satunya. BAZNAS juga aktif menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Palestina dan Suriah—wilayah yang hingga kini masih dilanda konflik. Bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan logistik disalurkan melalui jaringan mitra lokal. Semua itu bersumber dari zakat, infak, dan sedekah umat Islam Indonesia yang menitipkan donasinya kepada BAZNAS.
Di dalam negeri, hampir semua bencana besar dalam satu dekade terakhir menjadi ladang amal dan pengabdian BAZNAS: tsunami Palu (2018), gempa Lombok (2018), banjir Kalimantan Selatan (2021), erupsi Gunung Semeru (2021), gempa Cianjur (2022), dan banjir Jabodetabek (2020, 2021, dan 2025). Bahkan saat pandemi Covid-19 melanda, BAZNAS menjadi salah satu yang pertama bergerak menyalurkan alat kesehatan, sembako, dan bantuan tunai kepada warga yang kehilangan pendapatan.
Zakat yang Menghidupkan Jiwa
Dalam perspektif Islam, menjaga jiwa (hifzun nafs) merupakan salah satu dari lima maqashid syariah (tujuan utama syariah). Oleh karena itu, kehadiran zakat dalam misi tanggap bencana merupakan bagian dari ikhtiar syariah yang mulia. Melalui zakat, umat Islam tidak hanya menunaikan kewajiban agamanya, tetapi juga menyelamatkan jiwa dan memulihkan kehidupan.
Sebagai bentuk kelembagaan, BAZNAS telah membentuk unit khusus yang dikenal sebagai BAZNAS Tanggap Bencana (BTB). Unit ini beranggotakan relawan terlatih dan bersertifikat yang memiliki komitmen kuat terhadap penanggulangan bencana. Mereka tidak hanya mengirimkan logistik dan makanan, tetapi juga memberikan perawatan medis, trauma healing, layanan psikososial, dan rehabilitasi ekonomi. Program-program seperti Zakat Community Development (ZCD), pelatihan keterampilan, dan bantuan modal usaha merupakan bentuk pemberdayaan yang komprehensif bagi para korban.
Kehadiran BAZNAS dalam setiap penanggulangan bencana secara tidak langsung juga menjadi kampanye yang memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat negara. Didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS merupakan lembaga resmi yang bertugas menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah secara amanah, transparan, dan akuntabel.
Amanah umat ini bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ia dibangun dari kerja nyata dan bukti lapangan. BAZNAS tidak hanya menyalurkan bantuan, tetapi juga membuka laporan keuangan dan pelaksanaan program secara terbuka. Sehingga ketika masyarakat melihat zakatnya hadir untuk membantu sesama yang tertimpa bencana, muncul semangat untuk terus berbagi. Inilah ekosistem zakat yang sehat dan penuh keberkahan.
Namun tentu saja masih banyak yang perlu ditingkatkan. Potensi zakat nasional yang mencapai Rp300 triliun per tahun masih jauh dari angka realisasi. Penyebabnya beragam: minimnya literasi zakat, terbatasnya penyaluran, hingga kendala geografis dan koordinasi di lapangan. Dalam kondisi bencana, kerja sama antarlembaga—termasuk TNI, Polri, BNPB, dan LSM—masih perlu diperkuat agar penanganannya bisa lebih terkoordinasi dan tidak tumpang tindih.
Salah satu tantangan besar adalah menyebarluaskan narasi tentang kekuatan zakat secara masif dan berbasis bukti. BAZNAS telah lama berupaya membantu masyarakat. Namun, belum semua masyarakat menyadarinya. Oleh karena itu, penting bagi lembaga zakat untuk secara aktif menyampaikan cerita lapangan, data capaian, dan testimoni dari mustahik melalui berbagai saluran komunikasi.
Zakat harus diposisikan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai peluang. Kesempatan untuk memberikan manfaat, menyelamatkan nyawa, menghapus air mata, dan memulihkan harapan. Kampanye zakat yang berbasis bukti dan empati akan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
Menjadi Berkah Bagi Semua
Terakhir, misi kemanusiaan BAZNAS juga menegaskan wajah Islam sebagai agama kasih sayang. Melalui zakat, kita tidak hanya membantu sesama Muslim, tetapi juga membuktikan bahwa Islam hadir untuk membawa berkah bagi seluruh alam semesta. Inilah kekuatan spiritual yang melampaui batas suku, bangsa, bahkan agama.
Dalam hadis, khairun nas anfa’uhum linnas—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan zakat, dalam bentuk lembaga seperti BAZNAS, adalah salah satu perwujudan nilai tersebut. Zakat bukan hanya kewajiban individu, tetapi instrumen nasional yang memakmurkan, menyelamatkan, dan memuliakan kehidupan.
Semoga semangat ini terus tumbuh, dan zakat Indonesia dapat menjadi cahaya kemanusiaan yang menyinari negeri dan dunia. Selamat harkitnas.