JAKARTA – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Republik Indonesia, Wihaji, menerima kunjungan dari Masagos Zulkifli, Menteri Pembangunan Sosial dan Keluarga Singapura, di kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta. Kunjungan ini bertujuan untuk membahas berbagai peluang kerjasama antara Indonesia dan Singapura, khususnya dalam bidang kependudukan dan pembangunan keluarga.
Menteri Wihaji menjelaskan bahwa kerjasama ini akan mencakup sejumlah kajian terkait pembangunan keluarga serta isu-isu kependudukan, seperti urbanisasi, yang juga akan melibatkan negara lain, seperti Filipina. Inisiatif ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding (MOU) antara kedua negara.
“Sebagai bagian dari upaya mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemendukbangga mendukung pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, berbudaya, dan menguasai IPTEK, serta ekonomi yang maju dan berkelanjutan,” ungkap Menteri Wihaji.
Dalam pertemuan tersebut, Masagos Zulkifli mengungkapkan pentingnya mengembalikan fokus pada keluarga dalam pembangunan sosial. Ia menekankan bahwa kebanyakan ilmu pembangunan sosial datang dari negara Barat yang lebih menekankan pada individu daripada keluarga. “Kami bersyukur Indonesia telah menyatakan bahwa keluarga adalah tonggak masyarakat. Jika keluarga rusak, individu juga akan rusak. Dalam kerjasama ASEAN, kami ingin menguatkan institusi keluarga untuk memastikan bahwa keluarga-keluarga di kawasan ini dapat maju,” jelas Masagos.
Masagos Zulkifli juga mengungkapkan bahwa Singapura memiliki program unggulan seperti Community Link Plus, yang membantu 15.000 keluarga dengan memberikan mereka seorang family coach untuk membantu mendapatkan akses ke subsidi perumahan dan pendidikan yang lebih baik. Selain itu, sekitar 90% penduduk Singapura sudah memiliki rumah pribadi, sementara keluarga miskin tinggal di rumah sewa.
“Ada kesepakatan di ASEAN untuk melakukan kajian tentang status keluarga di ASEAN. Kami ingin mengetahui bagaimana status keluarga di masing-masing negara, apakah keluarga itu dapat mandiri, atau ada peluang untuk berkembang,” lanjut Masagos.
Inovasi Kemendukbangga dalam Program Quick Wins
Menteri Wihaji juga memperkenalkan beberapa program unggulan yang dilaksanakan oleh Kemendukbangga, salah satunya adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Program ini bertujuan untuk memberikan intervensi kepada keluarga rentan stunting dengan bantuan yang disesuaikan melalui kolaborasi antara kader Posyandu, psikolog anak, dokter spesialis anak, influencer parenting, LSM, dan pemerintah daerah. Targetnya adalah membantu 1 juta anak.
Selain itu, Kemendukbangga juga memperkenalkan Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), sebuah layanan daycare unggul dengan fasilitas yang terstandarisasi, yang bertujuan untuk memfasilitasi pengasuh bersertifikat, psikolog anak, dan dokter spesialis anak, serta memberikan laporan tumbuh kembang anak setiap bulan.
Program lainnya termasuk Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), yang berfokus pada optimalisasi peran ayah dalam keluarga untuk mengatasi fenomena fatherless melalui layanan konseling sebelum dan selama pernikahan, serta layanan pasca-kelahiran anak. Terdapat juga SuperApps tentang Keluarga yang menyediakan layanan A-Z terkait pembangunan keluarga, termasuk konsultasi masalah keluarga, pendataan keluarga, dan ketahanan kependudukan.
Kemendukbangga juga meluncurkan program Lansia Berdaya, yang menyediakan layanan homecare berbasis komunitas bagi lansia yang tidak mendapatkan perawatan dari anak, serta bantuan dan pelayanan kesehatan gratis bagi lansia di puskesmas dan RSUD tanpa rujukan.
Kerjasama ini juga membuka peluang untuk pengembangan kapasitas tenaga layanan di Indonesia, peningkatan kualitas gizi masyarakat, serta pengembangan social and youth entrepreneurship bagi pemuda Indonesia, yang dapat diperluas melalui kerjasama dengan Singapura.
“Jika keluarga baik-baik saja, hubungan antar negara saya percaya juga akan baik-baik saja,” tutupnya