PAPUA PEGUNUNGAN – Pasukan elite TNI-Polri kini tengah melakukan operasi besar-besaran untuk memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Elkius Kobak, yang diduga sebagai dalang pembantaian 11 pendulang emas di Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo. Tragedi mengerikan ini terjadi pada Minggu (6/4/2025).
Perburuan Sengit di Tengah Hutan Belantara
Menurut laporan, pasukan elite yang terdiri dari Satgas Operasi Damai Cartenz 2025 dan aparat gabungan lainnya tengah menyisir wilayah terpencil di Yahukimo. Lokasi kejadian yang hanya bisa dijangkau dengan helikopter menjadi tantangan tersendiri.
“Ya, benar ada informasi terkait pembunuhan terhadap para pendulang pada Minggu (6/4) lalu, namun belum dapat dipastikan berapa banyak yang menjadi korban karena untuk mencapai lokasi tersebut dari Dekai harus menggunakan helikopter,” ujar Dandim Yahukimo, Letkol Inf Tommy, seperti dilansir dari Antara.
Operasi ini bukan sekadar pengejaran biasa. Pasukan elite dilengkapi dengan teknologi canggih dan strategi khusus untuk melacak keberadaan KKB yang dikenal licin dan kerap bersembunyi di medan sulit. Masyarakat setempat pun diminta tetap waspada dan mendukung upaya aparat demi mengembalikan keamanan di wilayah tersebut.
Kronologi Tragedi yang Mengguncang
Pada hari nahas itu, KKB pimpinan Elkius Kobak diduga menyerang sekelompok pendulang emas di Kali Silet, perbatasan Yahukimo dan Asmat. Aksi brutal ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan warga sekitar. Dari 11 korban yang dilaporkan tewas, delapan jasad telah berhasil diidentifikasi, sementara upaya evakuasi masih berlangsung. Kabar ini sontak memicu kemarahan dan seruan agar pelaku segera ditangkap.
Selain pembantaian, KKB juga dituduh menyebarkan hoaks bahwa para korban adalah anggota TNI.
“KKB sengaja menyebar informasi dengan menyatakan bila korban adalah anggota TNI, padahal korban adalah warga sipil yang mendulang emas,” tegas Dandim Yahukimo.
Pernyataan ini memperjelas motif kelompok tersebut untuk menciptakan kekacauan dan memecah belah masyarakat.
Langkah Tegas Aparat untuk Keadilan
Satgas Damai Cartenz 2025, di bawah komando Brigjen Pol Faizal Ramadhani, menegaskan komitmen mereka untuk menumpas aksi teror KKB.
“TNI tidak akan tinggal diam terhadap aksi OPM pimpinan Elkius Kobak yang mengancam keselamatan warga sipil dan stabilitas keamanan di Papua,” ungkap Kapuspen TNI, Brigjen TNI Kristomei Sianturi.
Selain memburu pelaku, aparat juga fokus mengevakuasi pendulang lain yang masih berada di sekitar lokasi kejadian. Langkah ini diambil untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak. Hingga kini, koordinasi dengan pemerintah daerah terus dilakukan guna memastikan proses evakuasi berjalan dengan aman.
Elkius Kobak: Sosok di Balik Teror
Nama Elkius Kobak bukanlah asing dalam dunia kriminalitas Papua. Ia disebut-sebut sebagai pimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang kerap melakukan aksi kekerasan. Sebelumnya, kelompoknya juga terlibat dalam penyerangan terhadap tenaga pendidik dan kesehatan di Distrik Anggruk, Yahukimo, pada Maret 2025. Aksi tersebut menewaskan satu orang dan melukai enam lainnya, serta membakar fasilitas pendidikan.
KKB pimpinan Kobak dikenal menggunakan taktik intimidasi, seperti meminta uang tebusan, sebelum melancarkan serangan. Ketika tuntutan mereka tak dipenuhi, kekerasan menjadi jawabannya. Pola ini terlihat jelas dalam kasus terbaru di Kali Silet, yang kini menjadi sorotan nasional.
Harapan Masyarakat akan Kedamaian
Tragedi ini kembali mengingatkan betapa kompleksnya tantangan keamanan di Papua. Masyarakat setempat berharap operasi pasukan elite dapat memutus rantai kekerasan yang telah lama meresahkan.
“Kami ingin hidup tenang, tanpa takut akan serangan seperti ini lagi,” ujar salah satu warga yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, pemerintah pusat terus mendorong pendekatan persuasif di samping operasi militer. Program pembangunan dan dialog dengan tokoh masyarakat menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan stabilitas di Bumi Cenderawasih.
Upaya Menuju Keadilan dan Keamanan
Perburuan terhadap Elkius Kobak dan anak buahnya kini menjadi prioritas utama. Dengan keterlibatan pasukan elite, diharapkan para pelaku segera ditangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tragedi Yahukimo bukan hanya menjadi luka bagi keluarga korban, tetapi juga panggilan bagi semua pihak untuk bersatu melawan terorisme dan menjaga keutuhan NKRI.