GAZA, PALESTINA – Militer Israel mengumumkan rencana pemindahan paksa penduduk Gaza Utara ke wilayah selatan sebagai bagian dari persiapan serangan militer baru. Langkah ini diklaim bertujuan melindungi warga sipil dari zona pertempuran, namun memicu kecaman keras dari komunitas internasional yang khawatir akan dampak kemanusiaan di wilayah yang sudah porak-poranda.
Menurut laporan Reuters, Minggu (17/8/2025), militer Israel berjanji menyediakan tenda dan peralatan perlindungan bagi warga Gaza Utara sebelum relokasi.
“Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan rencananya untuk memindahkan penduduk sipil ke tempat yang dia sebut sebagai ‘zona aman’,” tulis laporan tersebut. Namun, pejabat Palestina dan PBB menegaskan bahwa tidak ada wilayah di Gaza yang benar-benar aman, termasuk Gaza Selatan.
Rencana ini muncul setelah Israel menyatakan niatnya menguasai Gaza Utara, yang merupakan pusat kota terbesar di wilayah tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut rencana serangan masih dalam tahap perumusan.
Sementara itu, faksi militan Palestina, Jihad Islam, menyebut pengumuman ini sebagai “olok-olok yang terang-terangan dan kurang ajar terhadap konvensi internasional.”
Kekhawatiran Kemanusiaan Meningkat
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan keprihatinan mendalam atas rencana relokasi ini. “Seorang juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyatakan keprihatinannya atas rencana Israel merelokasi penduduk ke Gaza Selatan karena hanya akan menambah penderitaan,” demikian laporan Reuters.
PBB memperingatkan bahwa ribuan keluarga yang sudah menderita akibat perang berkepanjangan akan semakin terdesak jika serangan dilanjutkan.
Gaza, yang dihuni sekitar 2,2 juta jiwa, telah hancur akibat serangan Israel sejak Oktober 2023. Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera ratusan lainnya.
Sebagai respons, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Gaza, melukai ratusan ribu lainnya, dan menghancurkan infrastruktur vital seperti rumah sakit dan sekolah. Bencana kelaparan juga melanda wilayah ini, memperparah penderitaan warga.
Eskalasi Kekerasan di Gaza Utara
Warga di lingkungan Zeitoun dan Shejaia melaporkan serangan udara dan tembakan tank Israel yang intens selama sepekan terakhir.
Ledakan terus-menerus mengguncang wilayah tersebut, memperburuk ketegangan di lapangan. Militer Israel menolak memberikan rincian teknis terkait rencana pemindahan, sementara PBB berupaya memanfaatkan situasi ini untuk menyalurkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Meski Israel menjanjikan distribusi peralatan perlindungan melalui penyeberangan Kerem Shalom di Gaza Selatan, banyak pihak meragukan efektivitas langkah ini.
Organisasi bantuan internasional, termasuk PBB, menyerukan perlindungan bagi warga sipil dan menegaskan bahwa pemindahan paksa dapat memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah kritis.
Kontroversi dan Tantangan ke Depan
Rencana pemindahan ini memicu perdebatan sengit di panggung global. Banyak pihak menilai langkah Israel bertentangan dengan hukum internasional, terutama karena Gaza Selatan juga tidak luput dari serangan. Jihad Islam mengecam rencana ini sebagai upaya menduduki Kota Gaza, sementara komunitas internasional menyerukan solusi yang lebih manusiawi untuk melindungi penduduk sipil.
Dengan situasi yang terus memburuk, dunia kini memandang Gaza dengan cemas, menanti langkah konkret untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memastikan keselamatan jutaan warga yang terjebak dalam konflik.




