BANTEN – Kepala Desa Kohod Arsin bin Asip akhirnya muncul ke publik untuk memberikan klarifikasi atas situasi kontroversi pagar laut yang telah mencuat di desanya. Arsin tampil dengan mengenakan kemeja putih dan peci hitam, serta didampingi dua pengacaranya. Melalui kesempatan ini, ia menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada warga Desa Kohod dan masyarakat Indonesia.
“Saya Arsin bin Asip, baik secara pribadi maupun sebagai Kepala Desa, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kegaduhan yang terjadi di Desa Kohod. Kami tidak pernah menginginkan situasi seperti ini,” ujar Arsin dengan penuh rasa penyesalan. Permohonan maaf tersebut, lanjutnya, ditujukan terutama kepada warga Desa Kohod dan seluruh masyarakat yang telah mengikuti perkembangan situasi yang mencuat.
Arsin juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab dalam polemik mengenai lahan pagar laut dan penerbitan Sertifikat Hak Milik (SHM) serta Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) yang menjadi pusat perhatian. “Saya ingin menjelaskan bahwa saya juga adalah korban dalam masalah ini, yang melibatkan tindakan pihak lain,” ungkapnya. Arsin mengaku terjebak dalam situasi yang terjadi karena ketidaktahuannya serta kelalaian sebagai seorang pejabat publik.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Arsin berkomitmen untuk melakukan evaluasi mendalam dan memastikan agar insiden serupa tidak terulang di masa depan. “Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan untuk pelayanan masyarakat Desa Kohod ke depan,” tambahnya.
Sebelumnya, Arsin menjadi sorotan setelah terlibat dalam debat sengit dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nusron Wahid pada Jumat (24/1/2025). Sejak insiden itu, Arsin menghilang dari publik dan memicu reaksi warga Kohod yang membentuk Gerakan Tangkap Arsin karena ketidakberadaannya di desa.