JAKARTA– Jadon Sancho kembali menjadi topik panas jelang bursa transfer musim ini.
Pemain yang pernah dijuluki “the rocket” saat membela Borussia Dortmund itu kini masuk radar Inter Milan, sementara masa depannya di Manchester United masih abu-abu.
Pertanyaan besar pun mencuat: apakah Jadon Sancho masih layak disebut pemain top?
Kisah Sancho bak dua babak yang kontras. Di Jerman, ia memukau dunia dengan dribel, kecepatan, dan visi permainan yang mematikan.
Antara 2018 hingga 2021, pemain asal London ini mencatat statistik fantastis: 20 gol dan 20 assist dalam satu musim, rata-rata 5,3 progressive carries per laga, serta puluhan key passes yang menempatkannya sejajar dengan nama-nama elit Eropa.
Mengutip laporan Gazzetta, saat itu, ia bukan sekadar pemain muda berbakat—Sancho adalah motor penggerak Dortmund.
Namun segalanya berubah ketika ia pindah ke Old Trafford. Tiga tahun di Manchester United justru menjadi periode tersulit dalam kariernya.
Gol yang minim, konflik internal, dan hubungan tegang dengan Erik ten Hag menggerus kepercayaan diri Sancho.
Dalam 83 pertandingan, ia hanya mencetak 12 gol dan kerap disorot karena performa tak konsisten.
Puncaknya terjadi pada 2023, ketika Sancho secara terbuka membantah alasan pencoretannya dari skuat.
Meski begitu, cerita kebangkitannya dimulai awal 2024. Dipinjamkan kembali ke Dortmund, Sancho langsung memberi dampak besar, termasuk membawa tim ke final Liga Champions.
Penampilan briliannya melawan PSG, dengan 13 dribel sukses, menjadi pengingat bahwa bakatnya masih hidup.
Hans-Joachim Watzke, CEO Dortmund, bahkan menegaskan, “Bola tetap sahabat terbaiknya.”
Musim lalu, Sancho melanjutkan karier bersama Chelsea. Ia menutup musim dengan 5 gol dan 10 assist dari 42 laga serta membawa tim meraih gelar Conference League.
Namun konsistensi tetap menjadi kendala, terlebih setelah pelatih Enzo Maresca tidak menyertakannya di Piala Dunia Antarklub.
Kini, Inter Milan dan Juventus memantau situasinya, menimbang apakah sang “roket” masih bisa lepas landas.
Kuncinya mungkin satu: kepercayaan. Sancho terbukti selalu tampil gemilang saat dipercaya menjadi pusat permainan.
Dari meninggalkan Manchester City di usia 17 tahun demi peluang lebih besar, hingga kembali ke Dortmund karena merasa tak lagi diinginkan di United, ia selalu mencari panggung utama.
Di usia 25 tahun, masa depannya ditentukan oleh satu pertanyaan—siapkah ia kembali menjadi bintang utama?***




