JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (04/02/2025) tercatat menguat tipis di sesi perdagangan siang.
Pagi tadi kurs rupiah dibuka di level Rp16.374,5 per dolar AS, menguat 0,45 persen atau 73,5 poin. Pada penutupan sesi siang, rupiah terus bergerak menguat ke level Rp16.366, naik 81 poin atau 0,40 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan positif rupiah ini sejalan dengan penguatan mata uang regional lainnya.
Dolar Australia naik 0,75 persen, peso Filipina menguat 0,45 persen, dan ringgit Malaysia mencatatkan kenaikan 0,25 persen terhadap dolar AS.
Namun, ada beberapa mata uang yang justru melemah terhadap dolar AS, seperti baht Thailand yang turun 0,26 persen, won Korea yang melemah 0,18 persen, yen Jepang turun 0,16 persen, dan dolar Singapura terkoreksi 0,10 persen.
Pelemahan mata uang regional ini dipicu oleh kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pada akhir pekan lalu, Trump mengumumkan kebijakan tarif tinggi, dengan tarif 25% untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10% untuk impor dari China.
“Trump seperti pemain poker yang mempertaruhkan seluruh simpanannya di tangan pertama. Sementara, pasar tidak siap untuk itu,” kata Analis Standard Chartered Plc, Steven Englander, seperti dikutip dari Bloomberg pada Senin (3/2/2025).
Di sisi lain, sentimen global yang mempengaruhi pasar tetap berkaitan dengan kebijakan tarif AS yang memicu ketegangan perdagangan. Ketiga negara yang terkena tarif—Meksiko, Kanada, dan China—menyatakan penolakan dan berjanji akan membalas kebijakan tersebut.
Selain itu, data inflasi AS yang tercatat pada Desember 2024, yaitu indeks harga PCE yang sesuai dengan ekspektasi, menambah kekhawatiran pasar. Angka ini memperlihatkan kemungkinan suku bunga AS akan tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama, memberikan dampak pada pergerakan pasar global.
Di dalam negeri, kekhawatiran atas dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian global semakin besar.
Pemerintah Indonesia harus tetap waspada dan mempertimbangkan dampak kebijakan tersebut, terutama terhadap proyeksi nilai tukar rupiah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dipatok di angka Rp16.000 per dolar AS.***