JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatatkan kenaikan pada perdagangan menjelang penutupan sesi I siang ini, Rabu (19/03/2025). Tren positif ini sejalan dengan pergerakan sejumlah bursa utama di kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan pantauan Garuda TV dari data Bloomberg, hingga menjelang penutupan sesi pertama siang ini (10.45 WIB), IHSG tercatat berada di level 6.284,26, mengalami penguatan sebesar 60,87 basis poin atau setara dengan 0,98%.
Kenaikan ini menunjukkan optimisme pasar terhadap kondisi ekonomi dalam negeri serta perkembangan global yang lebih kondusif.
Bursa Asia Bergerak Variatif
Selain IHSG, beberapa indeks utama di kawasan Asia Pasifik juga menunjukkan tren yang bervariasi.
Indeks Nikkei 500 Jepang mencatat kenaikan sebesar 0,69%, Hang Seng Index Hong Kong naik tipis 0,12%, sementara Straits Times Index Singapura juga menguat 0,50%.
Sebaliknya, sejumlah indeks lainnya mengalami tekanan, seperti Kosdaq Korea Selatan yang melemah 0,60%, Taiwan Index turun 0,75%, dan All Ordinaries Index Australia yang terkoreksi 0,13%.
Proyeksi IHSG dan Faktor Penggerak Pasar
Analis memproyeksikan IHSG memiliki potensi untuk melanjutkan tren penguatan. Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, Fanny Suherman, menyebut bahwa IHSG masih berpotensi rebound pada perdagangan hari ini.
“Diperkirakan support IHSG berada di level 6.070-6.150, sedangkan resistance-nya berada di kisaran 6.300-6.320,” ungkap Fanny dalam riset hariannya, Rabu (19/03/2025).
Selain itu, analisis dari Phintraco Sekuritas juga menunjukkan optimisme terhadap pergerakan IHSG. Jika indeks mampu bertahan di atas level 6.270, ada potensi penguatan lanjutan.
Fokus utama investor saat ini tertuju pada keputusan suku bunga yang akan diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) serta kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed), yang berpotensi memengaruhi arus modal dan sentimen pasar secara keseluruhan.
Kenaikan IHSG juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk pergerakan pasar global serta harga komoditas yang cenderung stabil. Sejumlah sektor saham unggulan, terutama di bidang perbankan, infrastruktur, dan komoditas, mengalami peningkatan permintaan dari investor.
Selain faktor eksternal, stabilitas ekonomi domestik turut memberikan dorongan bagi kepercayaan investor. Kebijakan fiskal yang tetap ekspansif serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid menjadi daya tarik bagi pelaku pasar.***