BENGKAYANG – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tak akan merasa tenang selama Indonesia belum sepenuhnya mandiri dalam hal pangan.
Komitmen ini disampaikan dalam momentum Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II 2025 di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (5/6), yang sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap ketergantungan impor pangan.
Swasembada pangan kini menjadi fokus utama pemerintah sebagai syarat utama kedaulatan negara.
Dalam acara tersebut, Presiden menyampaikan bahwa perjuangan politiknya, termasuk saat menjabat sebagai Kepala Negara, didedikasikan untuk menciptakan kemandirian pangan Indonesia.
Di hadapan para pejabat daerah, tokoh pertanian, dan masyarakat, ia menyebut bahwa pangan bukan sekadar kebutuhan, tapi juga bentuk nyata kemerdekaan sebuah bangsa.
“Tidak ada bangsa yang merdeka sesungguhnya kalau bangsa itu tidak bisa produksi makannya sendiri.”
“Karena itu, perjuangan saya selama saya di politik, pengabdian saya selalu fokus, saya tidak akan tenang sebelum Indonesia swasembada pangan,” kata Presiden Prabowo melalui siaran daring akun YouTube Sekretariat Presiden yang disaksikan di Jakarta, Kamis.
Presiden juga memberikan apresiasi terhadap inisiatif Polri dalam mendukung swasembada lewat program Gerakan Tanam Jagung (Gertam) satu juta hektare yang tersebar di berbagai wilayah.
Peran aktif aparat keamanan dalam membangun ketahanan pangan ini dinilai sebagai bagian penting dari transformasi nasional di sektor agraria.
Dalam arahannya, Presiden menekankan pentingnya setiap provinsi mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Ia menyebut bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan, memerlukan strategi pembangunan pangan yang terdesentralisasi.
“Setiap pulau harus bisa berdiri sendiri, ini kunci kemerdekaan kita, karena kita negara yang tidak lazim. Kita negara yang termasuk unik, tidak banyak negara seperti kita yaitu negara kepulauan,” ungkapnya.
Kebijakan ini dinilai krusial mengingat tantangan geografis dan logistik yang unik di Tanah Air. Melalui pendekatan ini, distribusi pangan dapat lebih efisien dan tidak bergantung pada pusat-pusat produksi tertentu.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden juga berdialog langsung melalui video conference dengan jajaran kepala daerah dan Kapolda dari berbagai wilayah yang turut menggelar panen serentak. Hal ini memperlihatkan konsolidasi kekuatan nasional dalam memperkuat sistem pangan dari hulu ke hilir.
18 Gudang Jagung
Kunjungan Presiden ke Bengkayang turut dimanfaatkan untuk meluncurkan proyek strategis di bidang logistik pertanian.
Ia meresmikan peletakan batu pertama pembangunan 18 gudang jagung di bawah koordinasi Polri, yang tersebar di 12 provinsi.
Gudang-gudang tersebut akan dilengkapi fasilitas pengering jagung (dryer) dan berfungsi sebagai pusat penyimpanan untuk menjaga kualitas hasil panen.
Tak hanya di dalam negeri, Presiden juga membuka babak baru bagi daya saing pertanian nasional melalui pelepasan ekspor perdana jagung ke Kuching, Malaysia.
Ekspor ini menjadi bukti bahwa sektor pertanian Indonesia mulai mampu menembus pasar internasional, khususnya kawasan ASEAN.
Langkah tersebut menunjukkan bahwa swasembada pangan tak hanya soal mencukupi kebutuhan domestik, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi melalui perdagangan global.
Presiden menyebut bahwa transformasi ini akan terus dikawal untuk mendorong kemajuan petani Indonesia di era modern.***