JAKARTA — Duka mendalam menyelimuti Gereja Katolik dunia setelah kabar wafatnya Paus Fransiskus diumumkan secara resmi oleh Vatikan pada Senin pagi, 21 April 2025.
Di Indonesia, Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, menjadi salah satu tokoh yang paling merasakan kehilangan, bahkan sempat tidak percaya saat pertama kali menerima kabar duka tersebut.
Dalam pernyataan pers di Gereja Katedral Jakarta, Suharyo menyampaikan bahwa ia menerima informasi langsung dari Dewan Para Kardinal—sumber resmi dalam struktur komunikasi Vatikan.
Namun, karena sehari sebelumnya ia masih menyaksikan Paus Fransiskus hadir pada Misa Paskah di Vatikan, rasa kaget dan penyangkalan langsung menyelimuti dirinya.
“Saya sendiri menerima pernyataan resmi dari Vatikan melalui yang disebut Dewan Para Kardinal di Vatikan. Ketika saya menerima berita itu, saya tidak percaya,” ungkap Suharyo, Senin (21/4/2025).
Kardinal Suharyo menjelaskan bahwa pada Minggu (20/4), tepat sehari sebelum wafat, Paus Fransiskus masih tampil di hadapan umat Katolik dari berbagai negara yang memadati Lapangan Santo Petrus di Vatikan.
Ia masih menyampaikan berkat “Urbi et Orbi”—tradisi sakral setiap Paskah yang menjadi simbol kasih Paus untuk seluruh dunia.
“Karena kemarin Paus Fransiskus masih hadir di tengah-tengah umat ketika seperti biasanya pada hari Minggu menyampaikan berkat untuk kota dan untuk dunia,” jelasnya.
Pemandangan tersebut membuat kabar wafat yang datang keesokan harinya terasa mustahil. Maka dari itu, Suharyo segera berinisiatif mencari kepastian lebih lanjut, bukan hanya dari satu sumber.
Mengonfirmasi ke Vatikan dan Diplomat Indonesia
Setelah menerima informasi awal dari Dewan Kardinal, Kardinal Suharyo segera menghubungi Monsinyur Piero Pioppo, Duta Besar Takhta Suci untuk Indonesia.
Ketika Pioppo membenarkan kabar tersebut, Suharyo masih diliputi keraguan. Ia kemudian menghubungi Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Michael Trias Kuncahyono, guna mendapatkan verifikasi tambahan.
Hasilnya sama: Paus benar-benar telah wafat.
“Saya lalu bertanya kepada Piero Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, beliau menjawab, benar. Lalu saya konfirmasi lagi dengan Duta Besar Indonesia untuk Vatikan. Bapak Duta Besar Indonesia untuk Vatikan juga mengatakan benar,” katanya.
Respons berlapis ini menunjukkan betapa kuat ikatan personal dan spiritual antara Paus Fransiskus dan para pemimpin Gereja nasional.
Suharyo tidak hanya bertugas menerima kabar, tetapi memastikan dengan penuh kehati-hatian.
Kehilangan Pemimpin dan Gembala: Warisan Paus Fransiskus
Kardinal Suharyo menekankan bahwa kepergian Paus bukan sekadar kehilangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik, tetapi juga kehilangan seorang gembala penuh kasih, yang hingga akhir hayatnya tetap melayani dan memberi harapan.
“Beliau hadir di pengujung misa, dalam kondisi terbatas tetap memberi berkat. Itu teladan kepemimpinan sampai akhir,” ujar Suharyo menyentuh.
Warisan kepemimpinan Paus Fransiskus diakui sebagai era transformasi, keterbukaan, dan keberanian menyentuh isu-isu kemanusiaan secara langsung.
Dalam banyak hal, kehadirannya memperkuat semangat dialog dan perdamaian, termasuk bagi Gereja di Asia dan Indonesia.***