JAKARTA – Brando Susanto, sosok politisi muda dari PDI Perjuangan, dikenal luas atas dedikasinya dalam memperjuangkan kepentingan publik di DKI Jakarta.
Sebagai anggota DPRD DKI Jakarta periode 2024–2029, Brando membangun reputasi sebagai wakil rakyat yang kritis, progresif, dan konsisten memperjuangkan aspirasi masyarakat, terutama dalam bidang keuangan dan pembangunan daerah.
Latar Belakang dan Pendidikan
Lahir di Jakarta, 21 September 1977, Brando dibesarkan dalam lingkungan yang mendorongnya untuk aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan organisasi.
Semasa kuliah di FISIP Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), ia menunjukkan bakat kepemimpinannya dengan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa FISIP.
Brando juga tercatat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Alumni Kolese Kanisius Jakarta, yang memperkuat jejaring dan kepemimpinannya di kalangan profesional muda.
Karier Politik dan Organisasi
Perjalanan politik Brando dimulai dari tingkat akar rumput di Jakarta Utara.
Ia dipercaya mengemban tugas sebagai Sekretaris DPC PDI Perjuangan Jakarta Utara, lalu melanjutkan perannya sebagai Ketua DPD Taruna Merah Putih DKI Jakarta, sayap kepemudaan partai yang banyak melahirkan kader-kader potensial.
Sebagai politisi muda, Brando dikenal membawa energi baru di tubuh PDI Perjuangan. Kariernya di partai menunjukkan komitmennya dalam membangun organisasi politik berbasis kerakyatan dan regenerasi.
Kinerja di DPRD DKI Jakarta
Pada Pemilu 2024, Brando Susanto terpilih menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta dari Daerah Pemilihan (Dapil) 3 yang meliputi Tanjung Priok, Pademangan, dan Penjaringan.
Di DPRD, Brando duduk di Komisi C yang membidangi keuangan daerah.
Dalam tugasnya, Brando aktif mendorong kebijakan pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk rumah dengan NJOP di bawah Rp2 miliar, yang dinilai dapat meringankan beban warga Jakarta.
Ia juga tegas meminta pengawasan ketat terhadap penurunan tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) agar tidak dimanfaatkan secara curang oleh pihak-pihak tertentu.
Tak hanya itu, Brando konsisten mengusulkan mekanisme transparan dalam pengelolaan pendapatan parkir, guna mencegah kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kerap menjadi sorotan publik.
Gaya Kepemimpinan dan Karakter
Brando dikenal luas sebagai politisi yang dekat dengan masyarakat.
Ia sering turun langsung ke lapangan, mendengar aspirasi warga, dan menjadikan partisipasi masyarakat sebagai landasan dalam mengambil keputusan politik.
Karakter rendah hati, pekerja keras, dan tegas membuatnya dihormati baik di kalangan politisi senior maupun junior.
Kepemimpinannya tercermin dalam berbagai program yang ia inisiasi, mulai dari pemberdayaan komunitas lokal hingga advokasi kebijakan berbasis keadilan sosial.
Wafat di Tengah Tugas
Dedikasi Brando Susanto terhadap masyarakat dan partainya benar-benar berlangsung hingga akhir hayat.
Pada 27 April 2025, dalam acara Halal Bihalal DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta di Jakarta International Velodrome, Pulogadung, ia mengalami serangan jantung saat memberikan sambutan sebagai ketua panitia.
Meskipun telah mendapatkan pertolongan medis dan dibawa ke Rumah Sakit Columbia Asia, Brando dinyatakan meninggal dunia pada usia 47 tahun.
Kabar duka ini disampaikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, yang dalam sambutannya menyebut:
“Saudara-saudara sekalian dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan duka yang mendalam. Innalillahi wainailahi rajiun. Sahabat kita, teman kita, ketua panitia kita yang kita saksikan bersama-sama dalam memberikan sambutan.”
Pramono menambahkan: “Karena apa yang dilakukan sahabat kita. Saudara kita Brando merupakan contoh bagi kita semua. Bekerja sampai dengan akhir hayatnya.”
Setelah pengumuman tersebut, acara Halal Bihalal dihentikan dan dilanjutkan dengan doa bersama untuk menghormati almarhum.
Warisan dan Inspirasi
Kepergian Brando Susanto meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar PDI Perjuangan, tetapi juga bagi masyarakat Jakarta yang pernah merasakan langsung kontribusinya.
Semangat kerja keras, integritas, dan komitmennya terhadap pelayanan publik menjadi warisan berharga bagi generasi muda politisi Indonesia.
Brando telah memberikan contoh nyata bahwa politik bukan sekadar soal kekuasaan, melainkan soal pengabdian tulus hingga nafas terakhir.***