JAKARTA – Kardinal Robert Prevost dengan nama lengkap Robert Francis Prevost resmi melangkah ke panggung sejarah sebagai Paus Leo XIV, pemimpin ke-267 Gereja Katolik.
Sebelum menerima tongkat kepausan, ia menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup.
Dengan latar belakang panjang sebagai misionaris di Peru dan pemimpin Ordo Augustinian, Prevost menghadirkan wajah baru dari Benua Amerika Utara di jantung Gereja Katolik dunia.
Prevost adalah Paus kedua dari Benua Amerika setelah Paus Fransiskus, namun uniknya ia berasal dari wilayah utara—Chicago, Illinois—berbeda dari Paus sebelumnya yang berasal dari Argentina.
Pengangkatannya membawa warna spiritualitas baru, sebagai Paus pertama dari Ordo Santo Augustinus yang telah mendalami kehidupan monastik dan pastoral lintas benua.
Lahir pada 14 September 1955 dari keluarga multietnis Prancis, Italia, dan Spanyol, Robert Francis dibesarkan dalam lingkungan Katolik yang kuat.
Sejak masa muda, ia telah menekuni studi agama dan filsafat di Seminari Augustinian serta Universitas Villanova, hingga akhirnya meraih gelar Sarjana Matematika.
Namun panggilan suci membawanya lebih dalam ke kehidupan religius, dimulai dari novisiat di Provinsi Augustinian Chicago.
Pendidikan Roma dan Misi Panjang di Peru
Karier gerejawi Prevost mendapat titik balik saat ia dikirim ke Roma untuk mendalami Hukum Kanon di Universitas Kepausan Angelicum.
Melanzir dari Vatican News, ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1982 dan segera diutus ke wilayah misi di Peru, di mana ia berkontribusi besar dalam pendidikan dan pelayanan umat selama lebih dari satu dekade.
Di Trujillo, ia menjadi prior komunitas, dosen teologi, dan administrator paroki di wilayah miskin—membentuk karakter pastoralnya yang kuat.
Kiprah internasionalnya semakin menonjol ketika ia memimpin Provinsi Augustinian di Chicago dan kemudian terpilih sebagai Prior Jenderal Ordo Augustinian pada 2001 dan kembali dipercaya pada 2007.
Perjalanan ini menempatkannya sebagai salah satu tokoh penting dalam ordo tersebut di tingkat global.
Kembali ke Amerika Latin Jadi Kardinal
Di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus, Prevost kembali ke Amerika Latin dan dipercaya sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo, Peru.
Tak lama, ia diangkat sebagai Uskup Tituler Sufar dan kemudian sebagai Uskup Chiclayo. Selama delapan tahun, ia aktif dalam Konferensi Waligereja Peru serta menjabat di berbagai komisi penting.
Perjalanan rohaninya menuju pusat Vatikan berlanjut saat ia diangkat menjadi Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin pada 2023.
Pada tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Kardinal dan menerima gelar Diakon Santo Monika.
Kiprah di Vatikan dan Konsistensi Pelayanan
Dalam perannya sebagai kepala Dikasteri, Prevost turut serta dalam pertemuan Sinode tentang sinodalitas dan dalam berbagai misi apostolik.
Ia juga menjabat sebagai anggota berbagai dikasteri penting, termasuk Evangelisasi, Gereja-Gereja Timur, dan Institut Hidup Bakti. Penugasan yang luas itu memperlihatkan kepercayaan besar Paus Fransiskus terhadapnya.
Pada Februari tahun ini, Prevost ditetapkan dalam Ordo Uskup dengan gelar Gereja Suburbikaria Albano.
Ia pun ambil bagian dalam Misa besar untuk Yubileum Angkatan Bersenjata serta memimpin doa Rosario saat Paus Fransiskus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Gemelli.
Motto Episkopal dan Makna Kepemimpinannya
Moto episkopal Prevost, In Illo uno unum, mengandung makna mendalam: bahwa dalam Kristus yang satu, seluruh umat Kristiani menjadi satu tubuh.
Ungkapan itu mencerminkan visi persatuan dan kerendahan hati yang menjadi karakteristik kuat kepemimpinannya.
Kini, sebagai Paus Leo XIV, ia membawa warisan spiritual Ordo Augustinian ke Takhta Suci, memadukan akar misi di Amerika Latin dengan tanggung jawab global di Vatikan.***