JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG turun tajam hingga sebesar 2,12 persen pada perdagangan hari ini, Kamis (6/2/2025).
Pada penutupan perdagangan, IHSG berakhir di level 6.875,54, terjun 148,69 poin. Angka ini tercatat sebagai posisi terendah dalam delapan bulan terakhir, sejak Juni 2024.
Menurut analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, IHSG saat ini berada dalam skenario negatif, dan skenario terburuk mengindikasikan kemungkinan penurunan lebih lanjut ke level 6.742 hingga 6.853.
“Kami perkirakan, pergerakan IHSG saat ini masih dibebani oleh sektor perbankan besar yang terkoreksi, terutama setelah laporan kinerja 2024 yang relatif moderat, ditambah kekhawatiran akan stagnansi kinerja di 2025,” ujar Wicaksana seperti dikutip Bisnis.
Ia menambahkan bahwa meskipun koreksi IHSG diperkirakan akan berlanjut, tetapi kemungkinan penurunan lebih dalam akan terbatas di kisaran 6.835 hingga 6.853, dengan peluang penguatan di level 6.911 hingga 6.936.
Pada sesi pembukaan, IHSG berada di angka 7.030,19 dan bergerak melemah ke 7.005,98 pada pukul 09.05 WIB.
Beberapa saham emiten bank besar ikut merosot. Bank Central Asia (BBCA) terdepresiasi sebesar 2,74 persen, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 3,62 persen, Bank Negara Indonesia (BBNI) menyusut 4 persen, dan Bank Mandiri (BMRI) mengalami penurunan tajam hingga 8,14 persen.
MNC Sekuritas juga mencatatkan bahwa IHSG mengalami penurunan 0,70 persen pada perdagangan sebelumnya, Rabu (5/2/2025), meskipun sebagian besar bursa Asia mengalami kenaikan.
Pelemahan IHSG dipicu oleh kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya tercatatkan 5,03 persen (YoY) sepanjang 2024.
Meski kondisi pasar tengah lesu, Herditya Wicaksana tetap menyarankan investor untuk mencermati beberapa saham potensial, seperti AMRT, ESSA, dan MLPL, yang dapat menjadi alternatif investasi di tengah volatilitas pasar.
Fundamental Sektor Perbankan
Sebelumnya, seperti dikutip dari CNBC, Edward Lois, analis dari Sucor Sekuritas, menilai bahwa selain pengaruh keluarnya investor asing, faktor fundamental sektor perbankan juga ikut mempengaruhi kinerja saham bank.
“Fundamental sektor perbankan kurang menarik dalam jangka pendek karena kondisi likuiditas yang sudah cukup ketat akan mengakibatkan pertumbuhan kredit dan net interest margin (NIM) melemah. Pertumbuhan laba bank tahun ini juga diperkirakan terbatas,” ujarnya, Kamis (6/2/2025).
Bank-bank yang baru saja merilis laporan keuangan tahunan juga menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan. ***