JAKARTA – Dunia hiburan tanah air kembali berduka. Penyanyi legendaris Indonesia, Titiek Puspa, meninggal dunia pada Kamis (10/4/2025) di Rumah Sakit Medistra, Gatot Subroto. Ia mengembuskan napas terakhir dalam usia 87 tahun, setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa minggu dan sempat menjalani operasi akibat pendarahan di kepala.
Profil dan Perjalanan Panjang Seorang Seniman Sejati
Lahir di Tanjung, Kalimantan Selatan pada 1 November 1937, perempuan bernama asli Sudarwati ini sempat beberapa kali berganti nama—menjadi Kadarwati, kemudian Sumarti. Nama “Titiek” merupakan sapaan akrab sehari-hari, sedangkan “Puspa” diambil dari nama sang ayah yang berarti bunga.
Sepanjang hidupnya, Titiek dikenal sebagai seniman serbabisa. Tak hanya piawai bernyanyi, ia juga berkiprah di dunia akting, menjadi bintang iklan, koreografer, hingga terlibat dalam teater.
Kecintaannya pada musik bermula dari ketertarikan pada nyanyian Jawa. Meski tidak tumbuh di lingkungan yang mendukung karier seni, ia diam-diam mengikuti festival musik tanpa izin orang tuanya. Keberaniannya itu membuahkan hasil saat ia menyabet gelar Juara Bintang Radio Jenis Hiburan tingkat Jawa Tengah pada 1954.
Kemenangan tersebut menjadi titik tolak karier profesionalnya. Titiek kemudian bergabung dengan Orkes Simphony Jakarta di bawah pimpinan Sjaiful Bachri, dan mendapat bimbingan dari Iskandar, pencipta lagu, serta Zainal Ardi, suaminya yang juga penyiar RRI Jakarta.
Kariernya di industri musik Indonesia terus menanjak. Pada 1963, ia meluncurkan album Si Hitam dan Pita, yang seluruh lagunya merupakan ciptaan sendiri. Album ini turut mengukuhkan dirinya sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu yang diperhitungkan.
Atas kiprahnya, Titiek Puspa dianugerahi BASF Award ke-10 untuk kategori Pengabdian Panjang di Dunia Musik pada 1994. Ia juga menerima berbagai penghargaan lain seperti Lifetime Achievement dari Indonesian Choice Awards 2018 dan Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia untuk Pengabdian Seumur Hidup di tahun yang sama.
Tak hanya di musik, Titiek juga menorehkan jejak di dunia perfilman. Sejak 1966, ia membintangi lebih dari sepuluh film, antara lain Minah Gadis Dusun (1966), Bawang Putih (1974), dan Inem Pelayan Sexy (1976). Ia juga kerap tampil dalam pementasan teater di televisi dan membintangi berbagai iklan.
Sebelum berpulang, Titiek sempat dilarikan ke rumah sakit usai melakukan syuting di salah satu televisi swasta. Sang manajer, Mia, mengungkapkan bahwa kondisi Titiek saat itu disebabkan oleh kelelahan.