WASHINGTON, DC, AS – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump akan menentukan langkah militer terhadap Iran dalam waktu dua minggu ke depan. Keputusan ini menjadi sorotan di tengah eskalasi konflik antara Israel dan Iran yang kian memanas sejak 13 Juni 2025.
“Berdasarkan fakta ada kemungkinan besar negosiasi yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan Iran dalam waktu dekat. Saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyampaikan pernyataan Trump pada Kamis (19/6/2025)
Keputusan ini muncul di saat dunia menyaksikan pertempuran sengit antara Israel dan Iran. Sejak Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke fasilitas nuklir dan militer Iran pada 13 Juni 2025, Teheran membalas dengan hujan rudal ke Tel Aviv dan kota-kota lain di Israel.
Data dari media Iran menyebutkan, hingga 19 Juni 2025, serangan Israel telah menewaskan 639 orang dan melukai lebih dari 1.300 lainnya di Iran. Sementara itu, di Israel, korban jiwa akibat serangan rudal Iran mencapai belasan orang.
Konteks Diplomasi dan Ancaman Nuklir
Pernyataan Trump ini mencerminkan dilema AS dalam menangani krisis Timur Tengah. Leavitt menegaskan bahwa Iran kini berada di ambang produksi senjata nuklir.
“Iran memiliki semua yang dibutuhkan untuk mencapai penggunaan senjata nuklir, dan yang mereka butuhkan hanyalah keputusan dari pemimpin tertinggi untuk melakukannya,” kata Leavitt.
Di sisi lain, upaya diplomasi masih berlangsung. Utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dikabarkan telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, usai serangan Israel pekan lalu.
“Mengenai korespondensi antara Amerika Serikat dan Iran, saya dapat mengkonfirmasi bahwa korespondensi terus berlanjut,” ungkap Leavitt.
Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, memperingatkan bahwa keterlibatan AS dalam konflik ini akan menjadi “neraka bagi seluruh kawasan.”
Ia menegaskan bahwa Iran mengutamakan diplomasi, tetapi tidak akan memulai negosiasi di tengah serangan yang terus berlangsung.
Dampak Global dan Reaksi Pasar
Keputusan Trump yang akan diumumkan dua pekan mendatang memicu kekhawatiran di pasar global. Harga minyak dunia, seperti West Texas Intermediate (WTI), naik 0,5% menjadi sekitar US\$74 per barel setelah pernyataan Leavitt. Lonjakan ini mencerminkan ketidakpastian pasokan minyak dari Timur Tengah, wilayah penghasil energi utama dunia.
Sementara itu, negara-negara Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris berencana bertemu dengan pejabat Iran pekan ini untuk mencari solusi diplomatik. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga akan menggelar konferensi darurat di Istanbul, Turki, pada Sabtu (21/6/2025), guna membahas krisis ini.
Untuk diketahui, Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Sugiono, mengutuk serangan Israel ke Iran dan menyerukan de-eskalasi. Indonesia juga menyiapkan evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Iran melalui jalur darat, menyusul peningkatan status siaga KBRI Teheran menjadi Siaga I pada 18 Juni 2025.
Dengan batas waktu dua minggu yang ditetapkan Trump, dunia kini menanti langkah AS yang dapat mengubah dinamika konflik Iran-Israel. Akankah diplomasi menang, atau justru perang yang lebih luas akan pecah? Ketegangan ini tidak hanya mengancam stabilitas Timur Tengah, tetapi juga ekonomi dan keamanan global.