JAKARTA – Pemerintah Irak melaporkan adanya dugaan pelanggaran udara besar-besaran oleh Israel, setelah sebanyak 50 jet tempur diduga melewati langit selatan Irak saat konflik Iran-Israel memanas.
Tuduhan tersebut mencuat dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York, Jumat (20/6/2025), di tengah meningkatnya ketegangan antara dua kekuatan besar di Timur Tengah itu.
Perwakilan Irak untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Abbas Kadhom Obaid Al-Fatlawi, menyampaikan bahwa pesawat-pesawat tempur tersebut diyakini memasuki wilayah udara Irak dari perbatasan antara Suriah dan Yordania.
Ia menyebut bahwa pelanggaran dimulai dengan sekitar 20 jet, lalu disusul oleh 30 pesawat lainnya yang melintasi langit kota-kota penting seperti Basra, Najaf, dan Karbala.
“Diawali oleh sekitar 20 pesawat terbang, kemudian diikuti oleh 30 pesawat terbang yang mengudara ke wilayah selatan Irak, dan pesawat-pesawat itu terbang di atas kota Basra, Najaf, dan Karbala,” tegas Al-Fatlawi dilansir Reuters.
Diplomat Irak itu menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum internasional, namun juga membahayakan situs-situs suci di wilayah Irak.
Ia memperingatkan bahwa penerbangan semacam itu berpotensi memicu ketegangan sosial yang lebih luas di kalangan masyarakat Irak.
“Pelanggaran-pelanggaran ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB,” tambahnya.
“Pelanggaran ini juga merupakan ancaman terhadap tempat-tempat suci dan kawasan yang mungkin menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, mengingat pentingnya tempat-tempat suci ini bagi rakyat kami,” ucap Al-Fatlawi.
Situasi ini terjadi di tengah minggu yang penuh guncangan, sejak Israel melancarkan serangan besar terhadap fasilitas nuklir dan infrastruktur militer Iran pada 13 Juni.
Israel menyatakan bahwa langkah itu bertujuan mencegah ambisi nuklir Teheran. Namun Iran membalas dengan meluncurkan puluhan rudal dan drone ke wilayah Israel, sambil menegaskan bahwa program nuklir mereka bersifat damai.
Akibat konflik udara tersebut, wilayah sipil di kedua negara mengalami dampak langsung. Kedua belah pihak saling menuding telah menyerang penduduk non-militer sebagai bagian dari strategi saling balas.
Data dari Human Rights Activists News Agency menyebutkan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 639 orang di Iran, termasuk pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir.
Di sisi lain, otoritas Israel mencatat 25 korban jiwa akibat rentetan serangan rudal dari Iran, dengan korban berasal dari kalangan sipil dan militer.***