NEW DELHI, INDIA – Gelombang protes terhadap produk Amerika Serikat semakin meluas di India karena dukungan AS terhadap Israel dalam konflik Timur Tengah. Warga India menyerukan boikot produk AS seperti McDonald’s dan Apple sebagai bentuk kemarahan mereka.
Aksi Boikot Menguat di Media Sosial
Seruan boikot ini pertama kali mencuat di platform media sosial, di mana warganet India mengampanyekan gerakan “Boycott American Products” untuk menekan perusahaan AS. Kampanye ini mendapatkan dukungan luas, terutama setelah McDonald’s Israel mengumumkan telah menyediakan ribuan makanan gratis bagi pasukan militer Israel. Langkah ini memicu reaksi keras dari masyarakat India, yang melihatnya sebagai dukungan langsung terhadap tindakan Israel di Gaza.
“Kami tidak akan mendukung perusahaan yang secara terang-terangan memihak pada agresi militer,” ujar seorang aktivis di New Delhi, Anil Sharma, dalam sebuah unggahan viral di platform X, yang telah dibagikan lebih dari 10.000 kali.
Dampak pada McDonald’s dan Apple
McDonald’s, salah satu rantai makanan cepat saji terbesar di dunia, menjadi salah satu target utama boikot. CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, mengakui dampak signifikan dari aksi ini terhadap bisnis mereka, khususnya di pasar Timur Tengah dan Asia Selatan, termasuk India.
“Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk di negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh operator pemilik lokal yang bekerja tanpa lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warga negara mereka,” kata Kempczinski dalam unggahan LinkedIn-nya, menegaskan bahwa informasi keliru tentang merek mereka memperburuk situasi.
Sementara itu, Apple juga tak luput dari sorotan. Produk-produk seperti iPhone dan MacBook menjadi sasaran boikot karena dianggap mewakili dominasi ekonomi AS. Menurut laporan, penjualan Apple di India, salah satu pasar terbesar di Asia, mulai menunjukkan penurunan sejak kampanye boikot ini bergulir.
“Konsumen India kini beralih ke merek lokal atau alternatif dari negara lain sebagai bentuk perlawanan,” kata analis pasar teknologi, Priya Singh, kepada Kompas.com.
Reaksi Lokal dan Global
Di India, aksi boikot tidak hanya terbatas pada media sosial, tetapi juga terlihat di jalanan. Demonstrasi kecil di kota-kota besar seperti Mumbai dan Bangalore menyerukan warga untuk memilih produk lokal ketimbang merek AS.
Beberapa gerai McDonald’s di wilayah tersebut melaporkan penurunan pengunjung hingga 20 persen dalam beberapa pekan terakhir, menurut sumber internal perusahaan.
Gerakan serupa juga terdeteksi di negara lain, seperti Malaysia, Yordania, dan Mesir, di mana boikot terhadap merek Barat semakin meluas. Di Skandinavia dan Kanada, warganet bahkan meluncurkan kampanye “Boycott USA” untuk mendorong konsumen beralih ke produk lokal, menunjukkan bahwa sentimen anti-AS kini menjadi isu global.
Tantangan Ekonomi dan Kontroversi
Meski aksi boikot ini mendapat dukungan luas, beberapa pihak memperingatkan potensi dampak negatif terhadap ekonomi lokal. Di India, McDonald’s mempekerjakan ribuan pekerja lokal, dan penurunan pendapatan dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Boikot ini bisa menjadi pedang bermata dua. Sementara kami mendukung solidaritas, kita juga harus memikirkan dampaknya terhadap pekerja lokal,” ungkap ekonom India, Rajesh Gupta.
Selain itu, kampanye boikot juga menuai kontroversi karena adanya informasi keliru yang menyebar di media sosial. Beberapa merek yang tidak memiliki hubungan langsung dengan AS atau Israel turut menjadi sasaran, memicu kekhawatiran akan persaingan usaha yang tidak sehat.
Dengan meningkatnya ketegangan global, aksi boikot ini diperkirakan akan terus berlanjut, terutama di negara-negara dengan populasi Muslim besar seperti India. Para analis memprediksi bahwa perusahaan AS harus segera mengambil langkah strategis, seperti memperkuat komunikasi publik atau menunjukkan sikap netral dalam konflik, untuk meredam dampak boikot.
Sementara itu, masyarakat India terus mendorong gerakan “beli lokal” sebagai alternatif. “Ini bukan hanya soal politik, tetapi juga kesempatan untuk mendukung produk buatan India,” kata Sharma, menegaskan semangat nasionalisme dalam kampanye ini.




