JAKARTA – Prosesi suci pengambilan Api Dharma Mrapen kembali menjadi titik awal spiritual dalam menyambut puncak perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE/2025 M.
Upacara ini digelar di sumber api abadi di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, pada Sabtu siang (10/5/2025), sebagai pembuka rangkaian sakral menuju perayaan Waisak di Candi Borobudur.
Tradisi pengambilan api ini dilaksanakan oleh para Bhikkhu Sangha bersama perwakilan dari berbagai majelis umat Buddha, Kementerian Agama, TNI, Polri, dan unsur pemerintah daerah.
Ritual ini bukan sekadar seremoni, melainkan refleksi mendalam tentang semangat kebangkitan dan pencerahan batin.
Dalam suasana khidmat, diawali dengan penyalaan lilin panca warna dan pembacaan paritta suci dari berbagai majelis seperti Sangha Theravada Dhamayut Indonesia, MBMI, hingga Sangha Mahayana Indonesia.
Bhante Subhacaro menegaskan bahwa Api Dharma dari Mrapen adalah perlambang kuat atas tekad umat Buddha untuk menumbuhkan kesadaran diri, meninggalkan sifat negatif, dan menyalakan api cinta kasih dalam kehidupan.
“Setelah berhasil mengendalikan itu semua diharapkan bisa membangkitkan jiwa-jiwa yang baik dalam kita dan membangkitkan kesadaran kita untuk mengikis keserakahan, kebodohan dan kebencian…” ungkapnya penuh makna.
Bhante juga menambahkan bahwa bila umat mampu memadamkan lobha atau nafsu keserakahan, maka akan lahir simpati terhadap sesama makhluk, yang menjadi fondasi utama terciptanya perdamaian dunia. Sebaliknya, keserakahan justru melahirkan konflik dan kehancuran.
“Ini sesungguhnya makna api sebagai wujud dari perdamaian. Ada pengendalian diri dan juga kasih sayang,” tandasnya.
Semangat dari Api Dharma ini juga dipercaya mampu menjadi landasan dalam melatih kebajikan dan menata kehidupan penuh ketenangan.
Sesuai tema Waisak tahun ini: “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia”, umat diingatkan kembali untuk memperkuat kesadaran, menumbuhkan kebijaksanaan, dan menghadirkan keteduhan dalam relung kehidupan.
Api Dharma dari Mrapen kemudian dibawa ke Candi Mendut dalam perjalanan sekitar empat jam.
Setibanya di sana, disambut dengan ritual sakral oleh para Bhikkhu Sangha, rohaniwan dari berbagai majelis, dan umat Buddha.
Prosesi ini menjadi penghubung spiritual menuju puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur, di mana api ini akan menyatu dalam suasana suci dan penuh berkah.***