ARAB SAUDI – Badai pasir dahsyat bernama Khamsin melanda sembilan negara di Timur Tengah pada Rabu (30/4/2025), menyebabkan kerusakan luas, melumpuhkan aktivitas warga, dan memicu status darurat di berbagai wilayah.
Gaza Hadapi Penderitaan Baru
Di Jalur Gaza, badai Khamsin memperparah kondisi warga yang sudah terdampak konflik. Angin kencang bercampur debu tebal menghancurkan tenda-tenda pengungsi, meninggalkan ribuan orang tanpa tempat berlindung.
“Badai ini menambah penderitaan para pengungsi yang tak punya tempat tinggal lagi,” tulis laporan.
Langit Gaza yang berubah oranye menciptakan pemandangan dramatis, namun di balik keindahan itu tersimpan ancaman nyata bagi kesehatan dan keselamatan warga.
Departemen Meteorologi Palestina di Tepi Barat mengeluarkan peringatan bahaya kebakaran di wilayah berumput kering. Otoritas setempat juga meminta pasien dengan gangguan pernapasan untuk tetap berada di dalam ruangan, mengingat kualitas udara yang memburuk akibat debu badai.
Makkah dan Ancaman Banjir
Badai Khamsin juga membawa kekhawatiran di Arab Saudi, khususnya di Makkah. Curah hujan yang meningkat akibat badai ini memicu potensi banjir di kota suci tersebut. Pemerintah setempat telah menyiagakan tim darurat untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk, termasuk kemungkinan gangguan aktivitas ibadah di Masjidil Haram.
Dampak Luas di Sembilan Negara
Badai ini tidak hanya melanda Gaza dan Arab Saudi, tetapi juga mengganggu kehidupan di Yordania, Irak, dan negara-negara tetangga lainnya. Di Yordania, Direktorat Keamanan Publik memperingatkan potensi kecelakaan lalu lintas akibat jarak pandang yang terbatas.
“Gangguan jarak pandang sangat berbahaya, terutama di jalan gurun,” ujar pernyataan resmi otoritas Yordania.
Sekolah-sekolah ditutup, ujian ditunda, dan aktivitas sehari-hari terhenti di banyak wilayah. Suhu udara yang mencapai 10–12 derajat Celsius di atas rata-rata musim semi turut memperburuk situasi, meningkatkan risiko kebakaran dan masalah kesehatan.
Fenomena Khamsin: Ancaman Tahunan
Badai Khamsin bukanlah hal baru di kawasan Timur Tengah. Fenomena ini terjadi setiap tahun, dipicu oleh perubahan tekanan udara yang membawa pasir dan debu dari gurun. Namun, intensitas badai tahun ini menarik perhatian karena skala dampaknya yang luas.
Menurut laporan PBB, negara-negara seperti Irak termasuk lima negara paling rentan terhadap krisis iklim, yang memperparah dampak badai pasir seperti ini.
Langkah Antisipasi dan Harapan ke Depan
Pemerintah di sembilan negara terdampak sedang berupaya keras menangani krisis ini. Selain status darurat, berbagai langkah seperti evakuasi sementara dan distribusi masker dilakukan untuk melindungi warga. Di Gaza, bantuan darurat untuk pengungsi menjadi prioritas, meski tantangan logistik masih besar akibat kondisi konflik.
Badai pasir Khamsin menjadi pengingat akan dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Para ahli mendesak kerja sama regional untuk mengatasi ancaman cuaca ekstrem, termasuk investasi dalam sistem peringatan dini dan infrastruktur tahan bencana.
Dengan langit oranye yang dramatis dan ancaman banjir yang membayang, badai ini tidak hanya mengubah pemandangan, tetapi juga kehidupan jutaan orang di Timur Tengah. Warga kini berharap badai segera reda, membawa kembali ketenangan di tengah tantangan yang tak pernah usai.