JAKARTA – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah bersiap memutar dana dividen yang diperoleh dari 889 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan total nilai mencapai sekitar Rp113,89 triliun atau setara US$7 miliar.
Dana ini tidak langsung disetor ke kas negara seperti sebelumnya, melainkan akan dikelola secara strategis untuk mendongkrak investasi nasional.
Langkah ini menjadi bagian dari misi besar Danantara sebagai pengelola investasi negara yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan membuka lapangan kerja secara masif.
Kepala BPI Danantara sekaligus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan P. Roeslani, mengungkapkan bahwa pihaknya kini telah memiliki kepercayaan diri serta modal yang memadai untuk menjalankan investasi berskala besar.
“Dividen BUMN sekitar US$7 miliar itu pun masih bisa saya leverage dulu, mungkin 4-5 kali. Katakanlah, bisa 5 kali, berarti ada US$35 miliar modal kita untuk berinvestasi,” jelas Rosan dalam forum diskusi Entrepreneurial Leadership in Action di Universitas Paramadina, Jumat malam (13/6/2025).
Di tengah tantangan ekonomi global, Rosan menegaskan bahwa investasi menjadi instrumen vital kedua bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setelah konsumsi rumah tangga.
Oleh karena itu, pemerintah menargetkan dorongan signifikan dari sektor ini, agar dapat mengejar pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Berdasarkan kalkulasi Bappenas, dibutuhkan aliran investasi yang menembus Rp13 triliun dalam lima tahun ke depan guna memenuhi ambisi tersebut.
Investasi Fokus Dalam Negeri dan Dorongan Ekonomi Riil
Strategi utama Danantara mencakup optimalisasi portofolio dengan imbal hasil minimal 10% per tahun dan fokus pada sektor padat karya yang mendukung penciptaan pekerjaan.
Rosan menyampaikan, “Karena setiap 3 tahun, bisa dibayangkan, penduduk yang lahir di sini itu sudah seperti kita bikin satu Singapura. Makanya, penciptaan lapangan kerja menjadi prioritas.”
Guna merealisasikan hal tersebut, sekitar 80% dari total dana yang dikelola akan difokuskan untuk proyek-proyek domestik, sementara sisanya sebanyak 20% diarahkan ke investasi luar negeri.
Ini menunjukkan komitmen Danantara dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional, terutama melalui pembangunan infrastruktur dan sektor strategis yang bisa menyerap banyak tenaga kerja.
Modal Besar dan Daya Tawar Global
Dengan nilai aset mencapai Rp15.000 triliun, Danantara kini berada di jajaran enam besar sovereign wealth fund (SWF) dunia.
Posisi ini, menurut Rosan, memberikan daya tawar yang kuat bagi Indonesia dalam menarik kemitraan global dan memposisikan negara sebagai pemain penting di kancah ekonomi internasional.
“Kalau kita datang dan bicara Indonesia punya populasi terbesar nomor 4 di dunia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara [Asean], dan wilayahnya luas. ”
“Mungkin cuma oke saja. Tapi kalau ditambah bahwa kita punya kapasitas buat ikut berinvestasi karena kita punya kapital sebesar ini, penglihatan mereka akan berbeda, mereka akan memperhatikan,” paparnya.
Ke depan, Danantara juga akan memperkuat sinergi dengan mitra investasi global demi memperluas pengaruh dan memastikan strategi investasi jangka panjangnya selaras dengan kepentingan nasional.
Misi ini bukan hanya soal pengelolaan dana, tetapi juga reposisi peran Indonesia dalam peta investasi dunia.***