SEOUL, KORSEL – Tim penyidik dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Korea Selatan terlibat bentrokan dengan pasukan pengamanan presiden saat berusaha menangkap Presiden Yoon Suk Yeol, Rabu (15/1) pagi waktu setempat. Insiden tersebut terjadi di kompleks kediaman Yoon di tengah upaya eksekusi surat perintah penangkapan presiden Korea Selatan yang sedang dimakzulkan itu.
Melansir dari AFP, sejak dini hari, tim penyidik yang didukung aparat kepolisian telah mencoba merangsek masuk ke kediaman Yoon. Namun, upaya itu dihalangi pasukan pengawal presiden.
Menurut media lokal Korea Selatan, Yonhap, mulanya penyidik dan paspampres terlibat aksi saling dorong di depan kediaman presiden sebelum akhirnya berubah menjadi baku pukul.
Tak main-main, imbas dari kericuhan tersebut bahkan telah menyebabkan satu orang terluka, yang kemudian langsung dievakuasi oleh petugas pemadam kebakaran.
Selain mencoba masuk lewat gerbang utama, penyidik juga mencoba mengakses kediaman Yoon melalui jalur bukit di sekitar kompleks.
Jalan utama di depan rumah Yoon ditutup total dengan barikade bus polisi, sementara sekitar 6.000 pendukung garis keras Yoon juga turut berkumpul untuk menghalangi penangkapan.
Kejadian ini adalah upaya kedua dari penyidik untuk menangkap Yoon setelah deklarasi darurat militer pada Desember lalu. Yoon didakwa atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.
Meskipun upaya penangkapan Yoon itu diintervensi oleh banyak pihak. Namun sekitar pukul 10:33 waktu setempat, Kejaksaan Umum Korea Selatan mengonfirmasi bahwa Yoon Suk Yeol telah resmi ditangkap.
Tim hukum Yoon menyebut surat perintah penangkapan tersebut ilegal dan mengajukan permohonan untuk menghentikan upaya penangkapan. Kepala staf presiden juga menegaskan penolakan terhadap langkah ini.
Sementara itu, sidang perdana pemakzulan Yoon Suk Yeol di Mahkamah Konstitusi pada Selasa (14/1) hanya berlangsung empat menit akibat ketidakhadiran Yoon. Sidang berikutnya dijadwalkan menunggu keputusan terkait validitas pemakzulan.