JAKARTA – Kabar paling menggembirakan datang dari PT Sri Rejeki Isman (PT Sritex) Sukoharjo yang dikabarkan akan kembali beroperasi, sebagaimana diungkapkan oleh Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi.
Kembalinya operasional perusahaan ini bakal membawa angin segar industri tekstil Sukoharjo yang sempat lumpuh sejak Februari 2025, sekaligus membuka harapan bagi ribuan eks karyawan yang sebelumnya terpaksa dirumahkan.
Pada saat forum Indonesia Investment Summit di Jakarta, 15 April 2025, Gubernur Luthfi menegaskan bahwa proses pengambilalihan oleh investor baru telah selesai dan tahap operasional akan segera dimulai.
“Sudah clear, Sritex sudah clear, nggih. Sudah, sebentar lagi operasional,” tegasnya. Dengan pernyataan ini, industri tekstil di Sukoharjo kembali menggeliat, terutama karena lebih dari 10.000 mantan pekerja mulai menandatangani kontrak baru.
Kepastian ini menjadi titik balik yang dinantikan sejak PT Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada Oktober 2024.
Perusahaan legendaris yang dikenal sebagai pemasok seragam militer internasional itu sebelumnya menutup produksi dan mem-PHK 10.965 pekerja, memicu gelombang keresahan ekonomi lokal.
Kini, kebangkitan industri tekstil Jawa Tengah melalui Sritex dipandang sebagai hasil konkret dari upaya negosiasi dan diplomasi investasi yang dijalankan Pemprov Jateng di bawah kepemimpinan Ahmad Luthfi.
Pemulihan Bertahap
Kendati kabar ini disambut positif, tantangan belum sepenuhnya sirna. Identitas investor baru yang mengambil alih Sritex masih belum diumumkan secara resmi.
Proses transisi ini harus berjalan lancar agar stabilitas produksi dan kepercayaan pasar bisa segera pulih.
Di sisi lain, janji-janji pembayaran hak pekerja seperti pesangon dan jaminan hari tua, terutama yang dijanjikan sebelum Lebaran 2025, menjadi sorotan publik dan perlu direalisasikan tepat waktu.
Menariknya, jauh sebelum Sritex bangkit, Ahmad Luthfi telah menggandeng 22 perusahaan, termasuk PT Djarum di Kudus, untuk menyerap tenaga kerja terdampak.
PT Djarum bahkan menyatakan kesiapan menampung 2.000 eks pekerja Sritex. Pendekatan aktif inilah yang membuat kebangkitan industri tekstil Sukoharjo kali ini menjadi tidak hanya simbolis, tetapi juga operasional.
Bagi masyarakat Sukoharjo, hidupnya kembali PT Sritex bukan sekadar soal karyawan kembali bekerja, tetapi lebih luas: ini adalah sinyal kembalinya denyut ekonomi daerah.
Sritex telah lama menjadi motor penggerak ekonomi regional, dan kontribusinya mencakup rantai pasok UMKM, perdagangan, hingga transportasi.
Perusahaan yang berdiri sejak 1966 ini pernah mencapai puncak kejayaan sebagai pemasok tekstil global untuk NATO dan militer Jerman.
Kini, publik berharap kembalinya Sritex ke jalur produksi bisa mengembalikan reputasi dan kepercayaan global yang sempat goyah.
Di tangan investor baru dan dengan dukungan penuh pemerintah provinsi, PT Sritex diharapkan bisa menjadi simbol kebangkitan sektor industri di Jawa Tengah.
Terkait kepastian beroperasinya PT Sritex, Garuda TV mencoba mengonfirmasi kepada Gubernur Jateng. Namun hingga berita ini diturunkan, belum mendapatkan jawaban dari Gubernur Ahmad Luthfi.
Sebagian Buruh Tandatangani Kontrak Kerja
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan soal kepastian mantan buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) kembali dipekerjakan.
Dia mengungkapkan prosesnya sudah memasuki tahap finalisasi administrasi antara tim kurator dan pemegang saham baru.
Yassierli menyebut para mantan pekerja perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara itu belum kembali dipekerjakan lantaran masih dalam proses administrasi.
Meski demikian, dia mengatakan sebagian mantan buruh sudah ada yang menandatangani kontrak kerja.
“Sedang proses, sudah tanda tangan kontrak,” ujar Yassierli saat ditemui wartawan, Rabu (16/4/2024).
Yassierli optimistis eks buruh Sritex bisa kembali bekerja lantaran perusahaan punya aset yang baik.
“Kemudian sekali lagi terkait dengan pasarnya, jadi menurut kami dan itu sebelumnya semua itu adalah produksi-nya jalan lancar, itu yang kita harapkan,” kata dia.***